Selasa, 22 Maret 2011

Cinta Itu Butuh Kesetiaan Hati


Cinta akan datang pada mereka yang masih mempunyai harapan untuk mencintai dengan kesetiaan dan ketulusan hati. Tanpa menyerah meskipun telah dikecewakan.
Cinta sejati tidak dinilai dari ketertarikan fisik melainkan dari hati..
Suliit untuk mendapatkan orang yang benar-benar tulus mencintai tanpa mengharapkan apapun selain membalas cintanya..
Suliit untuk mendapatkan orang yang setia, karena mungkin awalnya bukan cinta yang dirasakannya melainkan suka, hingga akhirnya ada perasan bosan ketika menjalani suatu hubungan..
SETIA, mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dilakukan, meskipun janji telah terucap, namun tak akan ada gunanya bila tidak ditepati..
Jangan membuat janji bila akhirnya hanya untuk diingkari,
Jangan membuat seseorang berharap dengan kepalsuan yang akhirnya hanya menyakitkan hati,
Jangan pernah berjanji untuk setia bila akhirnya mendua,
Bila hati telah tersakiti, mungkin rasa cinta itu akan hilang dan digantikan dengan rasa benci..

Mencintai seseorang sebaiknya dengan ketulusan hati, buat seakan-akan Kita hanya diberi kesempatan untuk sekali saja mencintai hingga dapat menjaga kesempatan yang diberikan..
Jagalah cinta yang telah dimiliki, berusahalah untuk setia, jangan mendengar perkataan orang lain tentang pasangan, meskipun mungkin ada cerita yang walau kita sudah berusaha untuk setia namun pasangan yang mengkhianati, mungkin kita akan marah, kecewa, tapi berusahalah untuk tetap memaafkannya, manusia tidak ada yang sempurna karena semuanya tidak luput dari kesalahan. Percayalah Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri terlarut dalam kesedihan.
Jika cinta itu harus berakhir, akhirilah dengan bijaksana, jangan dengan emosi..
Percaya, Tuhan mempertemukan Kita dengan orang yang salah sebelum Ia mempertemukan kita dengan orang yang benar..
Pelajaran yang dapat diambil dari semuanya: Jangan pernah mengambil keputusan dalam keadaan emosi.
Karena penyesalan selalu hadir diakhir cerita.

Cinta itu akan terasa indah, jika setiap pasangan saling mencintai dan menyayangi apa adanya dengan tulus dan akan tetap setia pada satu hati... :)

Jumat, 11 Maret 2011

Novel "7 Hari Ketemu Hantu"

SINOPSIS
       Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon adalah sekelompok Remaja yang telah menjalin Persahabatan sejak kecil. Mereka bersekolah di SMU BINTANG, salah satu sekolah swasta Favorit di Jakarta. Pada suatu hari, wali kelas Mereka, Rosdiaty atau biasa disapa Bu’Rose. Memberikan tugas kelompok kepada Siswa-Siswi Kelas 11 A (kelas dua SMU) itu selama 7 hari atau satu minggu untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka.
          Tapi, pada saat berbincang-bincang mengenai persiapan Praktek nanti, Mereka bertujuh pun sepakat untuk meyewah rumah selama 7 hari untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bu’Rose dan guru-guru lainnya.
          Selama tinggal dirumah sewaan itu, Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon, mengalami kejadian yang tak terduga. Tapi ternyata disitulah, dirumah itu, Mereka menemukan jawaban yang selama ini mereka tunggu.
          Disalah satu ruang yang ada dirumah sewaan tersebut, Mereka menemukan   sebuah jawaban yang selama ini mereka tunggu.
          Siapakah sebenarnya yang Mereka tunggu...?
          Dan, Apakah jawaban yang mereka dapat...?
Temukan jawabannya hanya di-
          7 HARI KETEMU HANTU...!!!






BAB I
Pencarian rumah’’

Pagi itu begitu cerah. Murid-murid SMU BINTANG, telah duduk dibangku mereka masing-masing untuk menerima pelajaran. Di kelas 11 A (2 SMU)  adalah kelas tujuh orang Remaja yang bersahabat sejak kecil.
          Beberapa waktu lalu, mereka ditinggal salah satu Sahabat mereka, yang bernama Nabila. Ia pergi ke Kalimantan untuk ujian, karena memang dia hanya seminggu di Jakarta. Karena ayahnya punya tugas kantor di Jakarta. Setelah itu, Nabila pulang ke Kalimantan. Tetapi, Nabila akan selalu ada dalam hati tujuh sahabatnya di Jakarta. Yaitu, Cha-Cha, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon.
          “Anak-anak, karena sebentar lagi Kita akan menghadapi UN. Untuk itu, Kita perlu mengadakan praktek terlebih dahulu. Ada yang mau bertany ?” Jelas Ibu Rose, Wali Kelas mereka memberi tahukan tentang Persiapan Ujian Praktek.
          “Bu, prakteknya dikerjakan berkelompok atau sendiri-sendiri ?” Tanya Oyon, sambil mengajukan tangannya.
          “Gimana kalau Prakteknya dikerjakan berkelompok aja bu...?” Usul Helen.
          “Oh, ide yang bagus. Apakah kalian setuju dengan usul Helen ?” Jawab Bu’Rose sambil tersenyum, dan kembali bertanya pada muridnya.
          “S’tuju...Banget...Bu...!!!” Teriak murid satu-persatu.
          “Ibu, Kita kelompoknya maximal dan minimalnya berapa orang ?” Tanya Chaca.
          “Kalau ibu sich terserah kalian aja. Ada yang punya usul ?” Ibu Rose kembali bertanya kepada muridnya.
          “Bu... Gimana kalau berkelompoknya tuch, tujuh orang aja...???” Tanya Beby.
          “Iya, biar Kita bisa satu kelompok khan Beb” Sahut Virgo.
“Ih... Virgo apa’an sich...!” Bantah Beby.
          “Tapi bener kan Beb...?”  Tanya Tasya.
          “He,He,He...! Iya sich...!” Jawab Beby.
          “Tobat... Dech... Beby... tobat...!” Sahut Indra.
          “Sudah-sudah... Jangan ribut... Menurut ibu boleh-boleh saja satu kelompok tujuh orang. Kalian setuju kan...???” Jawab Bu’Rose tegas. Lalu bertanya kembali.
          “Kalau Kita sich fine-fine aja Bu’...! Iya nggak...?” Kata Chaca, lalu di’ikuti sahut-sahutan dari murd-murid yang lain.
          “Ya’Sudah kalau begitu, sekarang Kita sepakat untuk sau kelompok tujuh orang. Dan waktu prakteknya ada tujuh hari atau satu minggu. Jadi, selama satu minggu itu, Ibu akan memberi’kan tugas praktek di pelajaran ibu, yaitu Matematika. Dan guru-guru lain yang mengajar dikelas ini, juga akan memberikan tugas prakteknya untuk kalian. Sudah jelas...???” Sahut Bu’Rose mulai kesal.
          “Iya...Bu...!!!” Jawab murid serentak.
          “Oke, kalau begitu Kita mulai pelajaran.”
Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi bel.
Kring..........Kring............Kring............!!!!!
          “Okey, Karena waktunya sudah habis. Tolong tugasnya dikumpul sekarang. Virgo, tolong Kamu kumpul pekerjaan teman-teman’Mu. Dan bawa ke’meja Ibu, Ibu tunggu.” Kata Bu’Rose tegas. Sambil menyuruh Virgo yang menjadi Ketua Kelas di 11 A, sekaligus menjadi Ketua Osis.
          “Iya, Bu” Jawab Virgo singkat.
          “Aduh... Duh... Duh...!!! Gue belu selesai lagi” Sahut Beby panik.
          “Udah... Kumpul... Beb...!” Kata Chaca yang duduk disamping Beby.
          “Ih... loe gimana sich Cha... Udah tau gue belum selesai... loe malah suruh gue kumpul” Protes Beby.
          “Cup... Cup... Kacian...!” Ejek Chaca.
          “Eh,eh...! Len, tolong bantu’in gue donk... Ini gimana caranya...???” Tanya Beby ke’ Helen, dengan manja.
          “Hmm... Beby, kebiasaan dech..! Yaudah nich... Liat gue punya aja.” Tawar Helen sambil menaruh bukunya di’atas meja, didepan Beby.
          “Ih...! Thank you so much Len...!” Kata Beby sambil mulai menulis di bukunya dengan melihat catatan Helen.
          “Ya’ ampun, Beb...! Tuch khan gampang. Kok’ masih liat punya Helen sich...!” Ejek Indra.
“Bagi loe...! Lagian, gue khan cuma ngeliat satu nomor aja... Selesai dech... Nich buku loe Len... Thank’s yach...” Kata Beby ceria. Dan mengembalikan buku Helen.
“Okey... Dech... Beb... Your welcome” Jawab Helen.
          Pada saat di kantin, Mereka berlima atau lebih akrab dipanggil De’Rainbow (itu adalah nama persahabat mereka) sedang membicarakan tentang Ujian Praktek yang akan datang.
          “Hmmm... Gimana kalau Kita nyewah rumah aja selama seminggu. Biar kalau tugas Kelompoknya dikerjain sama-sama and juga biar bisa kompak terus. Setuju nggak...?” Usul Chaca.
          “S’tuju...................Buanget..................!!!!!” Sahut Beby sambil mengangkat tangannya dan menurunkannya kembali.
          “Gue juga setuju......!!!” Sambung Indra. Lalu disusul oleh Tasya, Virgo, dan Oyon.
          “Iya, gue juga setuju kok. Lagian menurut buku yang gue baca, kekompakan itu akan lebih gampang terjalin jika ada kerjasama dari semua anggota kelompok tersebut. Nah....! Sedangkan kerjasama tuch akan lebih gampang bila setiap tugas dikerjakan sama-sama. Jadi, akan lebih baik. Kalau Kita sama-sama terus...!”
          “Okey dech...! Kalau gitu, sebentar pulang sekolah Gue, Virgo, ama Oyon mau cari rumah yang bisa di sewah selama seminggu. Bisa khan Go, Yon..???” Kata Indra.
          “Bisa donk In...!” Jawab Virgo dan Oyon bersama’an.
Tiba-Tiba terdengar bunyi bel masuk.
Kring.............Kring..............Kring..............!!!
          “Ya... Udah masuk” Kata Beby agak murung.
          ”Yaudah, Kita masuk yuk. Abis ini khan Pelajarannya Ibu Ning. Nggak mau di’Jewer khan... Kalau telat masuk ?” Sahut Virgo.
“Yaudah..... Masuk yuk...!” Ajak Chaca sambil menarik tangan Beby.
          Pada saat sudah pulang sekolah. Mereka bertujuh pun masih tetap membicarakan tugas kelompok dan rumah yang akan mereka sewah. Lalu, Indra, Virgo, dan Oyon. Sepakat untuk mencari rumah sewahan yang nggak jauh dari sekolah. Supaya mereka ke sekolahnya tidak terlambat.
          “Eh... Tapi ingat lho yach...! In, Go, Yon. Kalian cari rumahnya jangan sembarang, harus tau asal usulnya gimana !” Kata Helen mengingatkan Indara, Virgo, dan Oyon.
          “Emangnya, kenapa sich Len...?” Tanya Chaca.
          “Soalnya, Menurut buku yang gue baca. Rumah tuch, kalau udah ditinggalin lebih dari tiga bulan. Berarti itu udah jadi rumah jin.” Jelas Helen.
          “Wow...! Berarti udah jadi rumah hantu donk Len...?” Tanya Beby.
          “Yach...! Bisa di bilang gitu juga sich...!” Jawab Helen.
          “I...i...i...!!! Takyuuut...!” Sambung Tasya.
          “Udah dech... Kita khan lagi ngebicara’in rumah sewahan, bukannya rumah hantu. Nich juga, Helen ngapain sich pake nakut-nakutin segala...!” Sahut Chaca  agak  kesal.
          “Ih... Siapa juga yang nakut-nakutin. Gue khan Cuma mau ngenyampe’in apa kata buku yang gue baca, kok malah gue sich yang disalahin. Lagian, itu perlu di waspadain lho Cha...!” Bantah Helen.
          “Iya” Jawab Chaca singkat.
          “Yaudah dech... Kalau gitu, Gue, Virgo, ama Oyon duluan yach. Soaalnya Kita bertiga khan mau cari rumah sewaan” Sahut Indra.
          “Ocey... Dech...!!!” Sambung Tasya.
          “Eh, In, Go, Yon. Ingat kata-kata gue tadi yach...!” Kata Helen mengingatkan.
          “Sipzzz... Len,  tenang aja. Lagian, Kita khan nggak mungkin mau cari rumah hantu” Jawab Virgo menenangkan.
          “Betul itu, masa Kita mau cari-cari bahaya sich...!” Sambung Oyon.
          “Okey... Kalau gitu, Gue, Virgo, ama Oyon duluan yach...!” Sahut Indra.
          “Eh...! In, Go, Yon... Jangan lupa kabari Kita-Kita yach. Kalau udah dapat rumahnya” Sambung Beby, lalu di susul Chaca, Tasya, dan Helen.
          “Tenang aja Cha, Beb, Sya, Len... Pasti Kita kabarin dech.” Jawab Indra.
          “Dah...!!!” Sahut Indra, Virgo, dan Oyon.
          “By...!!!” Sambung Chaca, Beby, Tasya, dan Helen.
Akhirnya, Mereka pun berpisah di depan gerbang SMU BINTANG, dan pulang kerumah mereka masing-masing.
          Setelah pulang kerumah masing-masing, dan sehabis ganti baju. Indra, Virgo, dan Oyon bersiap-siap untuk mencari rumah.Tapi sebelum itu, Virgo dan Oyon kerumah Indra, karena mereka mencari rumah sewaan  menggunakan mobil Indra. Setelah, sampai dirumah Indra, Virgo dan Oyon lansung memencet bel dan yang membukakan pintu adalah maminya Indra.
          “Eh, Na’ Virgo dan Oyon. Masuk-masuk...!” Tawar Mami Indra sambil mempersilahkan duduk.
          “Cari Indra yach...?” Tanya Mami Indra.
          “Iya tante. Indra’nya ada...?” Sahut Virgo.
          “Oh... Ada-ada, Indra..... Ada Virgo dan Oyon nich...!” Teriak mami Indra.
          “Iya mi...” Sahut Indra, sambil turun dari tangga rumahnya dan berkata:
          “Eh... Go, Yon, yuk...! E... Mi... Aku, Virgo, ama Oyon mau pamit dulu”
          “Lho, mau kemana...?” Tanya mami Indra.
          “Kita mau cari rumah sewahan Mi. Soalnya khan, Aku, De’Rainbow, Virgo, ama Oyon tuch... satu kelompok dalam Ujian Praktek nanti. jadi, rencananya Kita mau nyewah rumah. Biar kalau Kita mau ngerjain tugas Prakteknya di’kerjain disitu aja. S’kalian nginep. Boleh khan Mi...?” Jawab Indra, lalu bertanya pada maminya.
          “Boleh kok... Mami ijinin. Yang penting Kalian harus jaga diri Kalian” Jawab Mami Indra lalu menasehati.
          “Tenang aja mi... Kita pasti bisa jaga diri Kita kok. Kalau gitu, Indra pergi dulu yach mi. Dah... mami.” Sahut Indra lalu pamit.
          “Permisi tante...”  Pamit Virgo dan Oyon.
          “Iya, hati-hati yach...!” Jawab Mami Indra.
Setelah itu Indra, Virgo dan Oyon pun langsung naik ke’mobil dan berangkat.
          “Kita cari rumah sewahanya di mana dulu nich...?” tanya indra yang lagi mengemudi.
          “Gi mana kalau kita carinya di dekat – dekat sekolah dulu” jawab Virgo yang lagi duduk di samping indra.
          ”Oh ya...! Gue baru ingat, kalau nggak salah ada rumah sewahan yang nggak jauh dari sekolah kita! “Sahut Oyon.
          “Di mana tuch Yon?” tanya Virgo.
          “Itu tuch, di jalan Ki hajar dewantara.” Jawab Oyon.
          “Yach...ya itu sich jauh Yon...!” kata Indra.
          “Nggak kok, kira – kira satu kilometer lah...dari sekolah kita, gimana?” tawar Oyon.
          “Boleh juga tuch, gimana In ?” tanyaVirgo.
          “Okey dech kita kesana yach...!” jawab Indra
                   Beberapa waktu kemudian, Indra, Virgo, dan Oyon telah sampai dirumah sewaan tersebut. Tapi mereka terkejut melihat rumah itu.’
          “Nich... rumahnya Yon...?” tanya Indra memulai pembicaraan.
          “Kayaknya sich...!” jawab Oyon.
          “Kayaknya ngaak nyaman dech... Untuk ditempatin.” Sahut Virgo.
          “Yaudah, kalau gitu... Kita cari rumah lain aja yuk.” Kata Indra sambil naik kemobilnya. Lalu Virgo dan Oyon juga naik naik ke dalam mobil.kemudian,mereka bertiga pun,melanjutkan perjalanan untuk mencari rumah yang akan mereka sewah.Akhirnya mereka bertiga pun mendapatkan rumah yang cocok untuk mereka tempati.Dan tiba-tiba saja,virgo berkata
          “E...e...in..berenti donk.loe liat dech...!
          “oh...iya...ada rumah yang di kontrakkin.”sahut Indra sambil menunjuk rumah tersebut.
          “Turun yuk...!!!”ajak Oyon.
Lalu Mereka bertiga pun turun dan melihat – lihat keadaan ruar rumah sambil mencari informasi tentang rumah tersebut ke tetangganya.
          “E...e...permisi bu... saya boleh numpang tanya nggak...???”tanya indra kepada ibu – ibu yang sedang menyapu halaman.
          “Iya...boleh...emangnya mau tanya apa?”jawab ibu itu.
          “Kita mau tanya, rumah yang ini kan dikontrakkan, truzzz...berapa lama penghuninya udah ninggalin rumah ini?” Tanya Virgo
          “Orang rumah ini baru tiga hari yang lalu meninggalkan rumah ini.”jawab ibu itu.
          “Oh... Yaudah kalau gitu makasih ya bu...”kata Oyon sambil segera pergi.”
          “iya...sama – sama” jawab ibu itu sambil meneruskan menyapu.
          “gimana kalau rumah sewahannya ini aja!”usul Indra.
          “wah...gue setujuh banget tuch In.”sahut Virgo.
          “Iya...benar.. lagian suasananya juga enak. Truzzz... baru di tinggalin tiga hari.” kata Oyon senang.
          Akhirnya Indra, Virgo, dan Oyon pun telah sepakat, untuk menyewa rumah tersebut selama seminggu. Lalu, Indra segera menyimpan nomor telepon yang tertera pada papan kontrakan itu di-HP’nya. Kemudian, Indra segera menghubungi De’Rainbow, memberitahukan bahwa mereka bertiga telah mendapatkan rumah sewahan. De’Rainbow pun tidak keberatan dengan keputusan Indra, Virgo, dan Oyon. Untuk menyewah rumah tersebut. Lalu mereka bertiga pun, naik kemobil untuk segera pulang. Dalam perjalanan, Virgo menghubungi nomor  telepon yang ada di papan kontrakan tersebut. Lalu mereka pun sepakat akan menyewa rumah tersebut dan telah membicarakannya pada pengontrak rumah tersebut. Setelah menutup telepon Virgo pun berkata:
          “In, Yon...! Kata pengontraknya dia setuju untuk mengontrakan rumahnya pada Kita, Ya... Walaupun Cuma Seminggu.”
          “Truzzz...! dia bilang apa lagi.” Tanya Oyon.
          “Katanya sich...! Kalau mau lebih jelas. Besok Kita kekontrakan itu dan bertemu langsung dengan Dia.”  Jawab Virgo.
          “Ocey... Dech...! Kalau gitu Kita s’kalian ajak De’Rainbow juga, mereka pasti senang dech !” Kata Indra.
          Ke’Esokan Harinya, Indra, Virgo, dan Oyon memberitahukan tentang sebuah rumah yang telah mereka dapatkan, Kepada De’Rainbow. Indra pun berkata:
          “Cha, Beb, Sya, Len...! Gue, Virgo, ama Oyon udah dapat rumah sewahannya.”
          “Wah... Dimana...???” Tanya Beby.
          “Di  JL.Kihajar Dewantoro. No:3A.” Jawab Virgo.
          “Hmm...! Tapi... Kalian ingat kata-kata Gue khan...?” Tanya Helen.
          “Yaiyailah... dan loe pasti nggak nyangka Len... Kalau tu’ rumah baru ditinggalin tiga hari. Ama penghuninya.” Jawab Oyon.
          “Truzz.....Truzz.....Truzz.....! Kalian udah hubungin Pengontraknya ?” Tanya Tasya.
          “Udah kok’. Dan katanya kalau mau lebih jelas, sebentar ini Kita di suruh datang kerumah kontrakannya itu. Mau nggak...?” Jawab Virgo lalu bertanya.
          “Waw... Mau banget. Lagian Aku juga udah nggak sabar nich... Pengen liat rumahnya kayak apa...!”  Jawab Beby.
          “Iya... Kita mau kok” Sahut Chaca. Lalu di’susul Tasya dan Helen.
          “Ocey... Kalau gitu... Sebentar habis pulang sekolah Kita ganti baju dulu. Nah... Kalau udah siap. Ntar, Gue jemput dirumah Kalian masing-masing. Ocey...!” Kata Indra.
          “Oh... Ya... Truzz... Kalau rumahnya udah di’sewah. Kita kapan nempatinnya ?” Tanya Beby.
          “Gimana kalau besok aja. Khan hari minggu, Jadi khan Kita bisa bersih-bersih and skalian mindahin barang-barang.” Usul Chaca.
          “Wah... Ide bagus tu’ Cha...!” Kata Tasya.
          “Iya... Lagian khan kalau nggak salah Kita mulai prakteknya hari Senin khan...?” Tanya Helen.
          “Yapzzz...!” Jawab Oyon.
          “Ow... Berarti waktunya pas donk...!” Sahut Tasya.
Tiba-tiba saja. Bel masuk pun berbunyi. Dan mereka bertujuh segera menuju kelas dan setelah pulang sekolah Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon langsung pulang kerumah mereka masing-masing. Dan bersiap-siap untuk pergi melihat keadaan rumah yang telah mereka sewah.
Setelah selesai bersiap-siap Indra pun menjemput Sahabatnya satu per satu, dimulai dari Chaca, lalu Beby, Tasya, Virgo, Helen, dan terakhir Oyon.
Beberapa waktu kemudian, Mereka ber-tujuh pun telah sampai dirumah sewahan tersebut. Para cewek De’Rainbow (Chaca, Beby, Tasya, dan Helen) sangat terkejut melihat rumah yang telah disewah Indra, Virgo, dan Oyon.
“Nich Rumahnya... Yach...?” Tanya Chaca.
“Iya...! Gimana menurut kalian ?” Jawab Indra.
“Hmm... Lumayan sich... Nggak nyeremin. Tapi kok’ kotor...!!!” Sahut Beby sambil melangkah menuju teras rumah tersebut, Lalu telunjuknya mencolek abu yang ada dimeja teras. Tapi segera Beby membersihkan telunjuknya, dengan cara meniupnya.
“Em..... Namanya juga udah tiga hari nggak dibersihin Beb !” Sambung Helen sambil melangkah menuju teras juga. Lalu di’ikuti Chaca, Tasya, Virgo, Indra, dan Oyon.
“E...e... Go... Pengontrak rumah ini mana sich... Kok’ nggak datang-datang ?” Tanya Tasya pada Virgo.
“Mungkin bentar lagi Sya. Kalau gitu Gue telefon dulu dech...!” Jawab Virgo.
Ketika Virgo sedang mencoba menelefon pengontraknya. Tiba-tiba saja datang seorang wanita separuh baya menghampiri Mereka. Virgo pun segera mematikan telfonnya.
“Permisi... Apa kalian yang akan menyewah rumah ini ?” Tanya Wanita separuh baya tersebut.
“Iya... Kalau boleh tau, Tante siapa yach...?” Kata Chaca lalu bertanya pada wanita tersebut.
“Panggil saja Saya Tante Anggi. Karena Saya yang mengontrak’kan rumah ini!” Jawab wanita tersebut atau akrab dipanggil Tante Anggi.
“Haaaaa......!!!” Sahut Chaca, Beby, Tasya, Helen, Virgo dan Oyon bersamaan, Tapi juga sangat terkejut.
“Aduh... Tante Anggi maafin Kita yach... Kita nggak tau.” Kata Helen.
“Nggak apa-apa kok’. Saya bisa maklumi.” Sahut Tante Anggi.
“Ehmm... Tante Anggi, Kita bisa khan... Masuk kedalam ?” Tanya Tasya.
“Oh... Iya... Tante jadi lupa. Silahkan masuk. Ini kuncinya. Lho... Tapi kok’ Tante lihat, Kalian belum bawa apa-apa.” Jawab Tante Anggi.
“Iya... Tante... Kita emang nggak bawa barang. Soalnya Kita Cuma mau lihat-lihat aja dulu.” Kata Indra.
“Emm... Rencananya sich. Besok Kita udah mau beres-beres Tante. S’kalian mau ngangkat barang atau prabotan rumah untuk di masukin kedalam.” Sambung Virgo.
“Kalian nggak perlu bawa prabotan rumah. Kecuali baju, buku, dan perlengkapan Kalian masingg-masing. Karena di’dalam sudah ada kursi, meja, kulkas, Tv, DLL. Tinggal Kalian menatanya saja.” Kata Tante Anggi menjelaskan.
“Waw.....! Enak donk... Berarti Kita nggak perlu susah-susah lagi ngangkat barang atau prabotan rumah. Khan, udah ada.” Sahut Beby.
“Tante Anggi, boleh tau. Barang-barang itu punya Tante yach ?” Tanya Oyon.
“Oh... Enggak, itu punyanya pemilik rumah ini.” Jawab Tante Anggi.
“Lho... Berarti, Tante bukan Pemilik rumah ini ?” Tanya Helen.
“Iya...” Jawab Tante Anggi, singkat.
“Truzzz... Kalau bukan Tante, siapa donk...?” Tanya Tasya.
“Rumah ini milik Adik Tante. Dia sengaja nitip ke’Tante untuk di’kontrak’kan.” Jawab Tante Anggi.
“Emangnya Pemilik rumah ini nggak tinggal di’sini ?” Tanya Tasya.
“Tidak. Mereka sekarang lagi ada di’Kalimantan.” Jawab Tante Anggi.
Lalu Indra yang telah membuka pintu rumah tersebut menyuruh mereka masuk. Sambil berkata:
“Eh... Masuk yuk !”
“Waw, udah ada perlengkapannya lagi.” Kata Beby.
“Ya’Ampun Beby... Tadi khan Tante Anggi udah bilang, Kalau nich rumah dikontrak’an udah s’kalian dengan perlengkapannya.” Sambung Helen kesal.
“Di’sini ada 3 kamar. Jadi, Kalian bisa membagi-bagi siapa saja yang akan menempati kamar tersebut.” Sahut Tante Anggi.
“Di’sini khan ada 3 Kamar, jadi gimana kalau 1 kamar 2 orang. Kayak gue ama Helen dan Beby ama Chaca. Ehmm... Tapi, Indra, Virgo, ama Oyon. Nggak apa-apa khan kalau se’kamar 3 orang...!” Usul Tasya.
“Gue stuju banget tuch Sya.” Sahut Beby.
“Gue juga.” Sambung Chaca dan Helen.
“Ya..... Bagus, Kita nggak di tanyain.” Sahut Indra.
“Iya... Di’cuekin lagi...” Sambung Virgo.
“Nggak mau dengar pendapat Kita bertiga nich...!” Sambung Oyon.
“Sorry... Dech...!” Jawab Chaca, Beby, Tasya, dan Helen serempak.
“Tapi, Kalian s’tuju khan...?” Tanya Beby.
“Yaiyalah... Asalkan Kalian berempat seneng, Kita bertiga juga ikutan Seneng kok.” Jawab Indra.
“Ya... Walaupun sempat di’cuekin. He,he,he...!” Sambung Virgo dan Oyon.
Akhirnya Mereka bertujuh pun tertawa. Dan hampir saja lupa, bahwa di’situ ada Tante Anggi.
“Ya’sudah kalau begitu. Tante mau pamit dulu yach.” Sahut Tante Anggi.
“Lho... Kok’ buru-buru sich Tante ?” Tanya Tasya.
“Tante masih punya urusan yang lain. Kalian lihat-lihat saja dulu. Tapi tetap jaga diri Kalian yach...!” Jawab Tante Anggi, menasehati.
“Iya... Tante.” Kata Chaca.
“Ya’sudah... Kalau begitu Tante pamit yach.” Sahut Tante Anggi, lalu segera pergi.
Lalu mereka bertujuh pun melihat-lihat keadaan rumah serta isinya. Lalu, tiba-tiba terdengar suara teriakan Beby dari ruang belakang atau dapur.
“A...........a........A.........!!!” Teriak Beby.
“Lho... Itu khan suara Beby.” Sahut Oyon.
“Kalau gitu cepat Kita lihat yuk...!” Sambung Tasya.
Setelah sampai menghampiri Beby, Indra pun berkata:
          “Beby loe kenapa sich...!”
          “A...a... Iin... Tolongin gue.” Kata Beby panik.
“Emangnya ada apa sich Beb ?” Tanya Virgo.
“Itu... Ada tikus...!!! Jawab Beby.
“Hmm... Kira’in apa’an...!” Sahut Chaca, Tasya, dan Helen.
“Masa sama tikus aja pake teriak histeris begitu.” Kata Indra.
Akhirnya, Mereka bertujuh pun pergi ke’depan atau teras rumah tersebut dan memutuskan untuk segera pulang, karena telah puas melihat-lihat isi rumah. Setelah Mereka mengunci pintu dan kuncinya di’pegang oleh Chaca. Lalu, Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon pun segera menuju mobil dan pulang.

                     *    *   *








Bab ii
“Muncul keanehan”
          HARI PERTAMA:
Hari ini adalah hari Pertama Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon menempati rumah tersebut. Mereka pun mempersiapkan segala keperluannya. Setelah bersiap-siap, Mereka bertujuh pun segera berangkat menuju rumah tersebut.
Setelah sampai dirumah tersebut, Mereka bertujuh pun segera menyimpan koper dan langsung membagi tugas untuk membersihkan dan langsung menata rumah tersebut agar terlihat lebih indah dan rapi. Setelah selesai, Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon pun beristirahat.
“Hmm...! Capek juga.” Kata Helen sambil duduk.
“Duh... Capek buanget. Malahan haus lagi.” Sahut Beby.
“Yaudah... Kalau gitu gue ambil air minum dulu dech...! Kalian nggak mau nitip.” Tawar Virgo.
“Gue mau donk... Go...!” Sahut Beby, lalu di’susul Tasya, Chaca, Helen, Indra, dan Oyon.
“Tunggu bentar yach...!” Kata Virgo.
Lalu, saat Virgo sedang mengambil air. Tiba-tiba, Dia melihat ada yang merah-merah menempel di’lantai, disamping kulkas. Virgo heran, dan Ia pun mengira itu hanya cat. Tapi, Ia kembali bingung.
“Masa, disini ada cat warna merah sich...! Padahalkan dirumah ini nggak ada dinding, kayu atau kursi dan meja yang berwarna merah” Ucap Nurani Virgo, mulai befikir. Virgo pun sempat mengira bahwa itu darah. Tapi, Ia tambah bingung lagi, “Kenapa sampai ada darah” Ucap lagi Nurani Virgo. Dan akhirnya, Ia pun memanggil Indra, Chaca, Beby, Tasya, Helen, dan Oyon untuk memastikan, apakah itu benar-benar darah.
Setelah dipanggil, Indra, Chaca, Beby, Tasya, Helen, dan Oyon pun segera menghampiri Virgo. Mereka benar-benar sangat terkejut dengan apa yang ditemukan oleh Virgo.
“Wah... Jangan-jangan darah...!!!” Sahut Beby.
“I...i...I...!!! Takyuttt...!” Kata Tasya sambil merangkul tangan Beby. Dan begitu pun sebaliknya.
“Duh... Beb... Sya...! Berfikir yang jernih donk... Mana mungkin disini ada darah...!” Sahut Chaca.
“Truzzz..... Apa donk...???” Tanya Beby dan Tasya, bersamaan.
“Ya... Mana gue tau. Emang gue paranormal.” Jawab Chaca.
“Virgo, coba loe cek dulu dech...!” Perintah Oyon.
“Tadi, udah gue pegang.” Jawab Virgo.
“Truzzz..... Truzzz..... Gimana ?” Tanya Indra.
“Ini tuch... Kayak mengeras gitu...” Jawab Virgo.
“Udah dech... Dari pada Kita tambah bingung mikirin nich bercak-bercak merah. Mending Kita bersihin aja dech... Biar nggak bikin pusing.” Kata Helen.
“Ha... Kita... Loe aja kali... Gue nggak...!” Sahut Beby dan Tasya, bersamaan.
“Emangnya siapa yang ajak Kalian berdua... Orang, gue Cuma mau ngajakin Chaca kok’ !” Kata Helen.
“Ha... Gue...???” Tanya Chaca, kaget.
“Ya...Iya...! Loe mau khan Cha ? Ya... Kalau loe nggak mau juga nggak apa-apa kok’. Gue bisa sendiri !” Jawab Helen, agak kesal. Sambil berjalan menuju dapur, untuk mengambil air.
“Eeittsss..... Tunggu dulu donk. Gue mau kok’.” Kata Chaca, menenangkan.
“Ya... Bagus dech. Kalau gitu !” Kata Helen.
“Ya... Jangan ngambek donk, Len... Ntar tambah jelek lho...!” Sahut Beby, bercanda, (agak sedikit mengejek sich...!).
“I..ih...! Beby apa’an sich...! Nggak lucu, tau...” Sahut Helen, kesal.
“Ya, Ampun... Len, Beby khan Cuma becanda.” Kata Tasya, menenangkan.
“Becanda, sich becanda... Lagian, udah nggak ngebantuin.. Ngejek lagi...” Kata Helen, kesal. Dan tiba-tiba Oyon pun datang dengan membawa ember berisi air, lengkap dengan kain pembersih.
“Yon, Loe ngapain bawa-bawa ember segala...!” Tanya Indra, heran.
“Lah... Katanya Helen ma Chaca mau ngebersihin tu’ lantai. Nich... Gue bawa’in alat pembersihnya.” Jawab Oyon.
“Loe mau ngebantuin juga Yon ?” Tanya Helen.
“Ya... Enggak sich. Cuma pengen ngebawa’in ini aja.” Jawab Oyon.
“Yah...! Loe sama aja nich, ama Beby, Tasya, Indra, ma Virgo. Mau’nya ambil enak aja. Bukan temen nich namanya.” Kata Helen.
“Emang Kita bukan Temen. Tapi, khan... Kita Sahabat.” Sahut Indra.
“Apa’an sich... Ya’udah dech, kalau gitu mending Kalian gih sana. Soalnya gue ma Chaca mau ngebersihin.” Kata Helen.
“Bener yach, Kita tinggal ke’depan nggak apa-apa nich ?” Tanya Indra.
“Yaudah... Sana.....!!!” Jawab Chaca.
Lalu Tasya, Beby, Indra, Virgo, dan Oyon pun pergi keruang tamu. Namun, Virgo masih penasaran dengan apa yang Ia lihat barusan. Tapi, karena telah di’bujuk oleh Beby, Tasya, Indra, dan Oyon. Akhirnya, Virgo dapat menghilangkan pikirannya tentang ke’anehan yang terjadi barusan. Tak terasa, waktu pun sudah larut malam. Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon pun sedang mempersiapkan keperluan praktek. Helen yang sedang kebingungan mencari buku Matematika’nya yang hanya Ia taruh di’rak bukunya tiba-tiba saja hilang. Helen pun bertanya pada Chaca, Beby, Tasya, Indra, Virgo, dan Oyon. Tapi, satu orang pun dari mereka, tidak ada yang mengetahui dimana buku Matematika Helen. Dan pada saat Helen ingin ke’dapur untuk mengambil air, tiba-tiba Ia melihat buku Matematika’nya ada di’depan gudang belakang. Helen yang sedang bingung pun menghampiri Chaca, Beby, Tasya, Indra, Virgo, dan Oyon.
“Eh... Kok’ buku Matematika gue ada di depan pintu gudang belakang sich...?” Tanya Helen.
“Yah... Len, Kita mana tau tentang buku Matematika loe.” Jawab Tasya.
“Atau... Jangan-jangan, loe semua sengaja ngerjain gue. Dengan naruh buku Matematika gue didepan pintu gudang belakang khan...???”
 Tebak Helen.
“Ih... Waw...! Tahan... Bu’.. Nanti Pendarahan...” Sahut Indra.
“Lagian, kayak kurang kerjaan banget sich, Kita ngerjain loe dengan naruh buku Matematika loe didepan gudang belekang.” Kata Beby.
“Iya... Nich...! Emang apa untungnya juga coba... Kalau Kita ngerjain loe... Nggak ada khan...?” Sambung Virgo.
“Ada kok’... Menurut buku yang gue baca. Cara kalian tuch, namanya cari-cari sensasi. Lagian bilang aja dech... Gue juga nggak bakalan marah kok’.” Kata Helen.
“Ih... Waw.....! Helloww.....! Len, masa Kita ngerjain loe Cuma untuk cari-cari sensasi doank.” Sahut Indra.
“Iya, Lagian ngabisin waktu aja. Mending waktunya dipake buat ngerjain PR, nich banyak.” Sambung Chaca.
“Truzzz..... Kenapa buku Matematika gue bisa ada didepan pintu gudang belakang...?” Tanya Helen.
“Tanyakanlah... Pada rumput yang bergoyang...” Jawab Oyon, tapi ngelantur.
“Udah... Len... Nggak usah dengerin kata-kata  Oyon tuch... Dia emang suka ngaur.” Sahut Beby.
Akhirnya, Helen pun memutuskan untuk tidak memikirkan keanehan yang barusan terjadi. Karena, Ia fikir. Mungkin, Ia lupa kalau pernah menaruh buku Matematika nya didepan gudang belakang. Atau bisa saja, Cuma kebetulan. Dan Helen pun bergabung untuk belajar bersama Chaca, Bbey, Tasya, Indra, Virgo, dan Oyon.
HARI KE-DUA:
Pada pukul 06.30. Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon, sudah berangkat ke’sekolah. Waktu pun terus berjalan dan tanpa terasa waktu pulang sekolah telah tiba. Mereka pun pulang kerumah sewaan tersebut.
Setelah sampai dirumah, Mereka pun menjalani aktivitas seperti biasa.
Pada saat Beby kekamarnya, Ia tiba-tiba melihat kalau tas make-up’nya tidak ada.
“Wah...! Mana tas make-up gue...!!!” Teriak Beby, panik.
Lalu Tasya, Chaca, Indra, Helen, Virgo, dan Oyon, segera pergi kekamar Beby dan Chaca.
“Lho...! Kenapa Beb...?” Tanya Virgo.
“Tas make-up gue nggak ada !” Jawab Beby.
“Hah...! Maksud loe ilang Beb...?” Sahut Helen.
“Aduh... Masa Ilang sich...!” Kata Beby, sambil melihat dan membuka-buka laci.
“Mungkin Kamu salah salah taruh kali Beby...!” Tebak Tasya.
“Enggak, gue tuch yakin banget... Kalau tas make-up gue tuch ada disini. Dan gue nggak  pernah bawa-bawa tas make-up gue keluar.” Kata Beby Menjelaskan.
“Coba... Loe ingat-ingat lagi dech Beb...!” Sahut Chaca.
“Iya, jangan sampai kayak Helen semalem. Nuduh Kita nyembunyi’in buku Matematika’nya !” Kata Oyon sambil memandang  Helen.
“Apa’an sich...!” Kata Helen, agak kesal.
“Duuhh.......! Mana sich tas make-up gue. Kehilangan tas make-up gue, kayak kehilangan setengah dari hidup gue...!” Sahut Beby, agak sedih.
“Ih... Waw...! Nggak segitunya kali Beb...!” Kata Indra.
“Gimana nggak segitunya, tas make-up gue tuch selalu menemani gue kemana-mana...! Atau jangan-jangan, tas make-up gue ada di ruang tamu !” Tebak Beby.
“Lho...! Bukannya loe bilang tadi tas make-up loe nggak pernah bawa keluar dari kamar.” Kata Tasya mengingatkan.
“Mungkin aja khan... Gue lupa naruh dimana, atau kemarin gue nggak sempat bawa ke’kamar...!” Tebak lagi Beby.
“Mungkin aja kali...! Coba loe liat  aja dech... Keluar.” Tawar Indra.
“Ya’udah... Kalau gitu gue ama yang lainnya ke’ruang tengah, ya... Beb !” Sahut Virgo.
Kemudian, Beby pun segera keluar dan Chaca, Tasya, Indra, Helen, Virgo, serta Oyon, pun keruang tengah untuk menonton TV.
Setelah Beby ke’ruang tamu. Ia tak melihat atau mendapatkan tas make-up’nya. Tapi, tiba-tiba Beby melihat Chaca ada diteras. Dan Beby pun menghampirinya.
“Lho... Cha, bukannya loe ada didalem ! Truzz... muka loe kok’ pucat gitu sich...!” Tanya Beby agak bingung.
Dengan sikap bicara agak aneh, Chaca pun bertanya dan mengatakan:
“Beb... Kamu cari tas make-up’mu khan...?”
“Iya...!” Jawab Beby.
“Nih, tas make-up kamu !” Kata Chaca, sambil memberi tas kecil berwarna pink yang merupakan tas make-up Beby.
“Wah...! Loe temu dimana Cha...? Atau jangan-jangan, loe umpetin yach ?” Tanya Beby.
“Loe nggak perlu tau Beb...!” Kata Chaca singkat.
“Ya’udah dech... Kalau gitu... Kita kedalem yuk !” Ajak Beby.
“Loe aja... Gue masih mau tetap disni.” Kata Chaca.
“Ya’udah dech...! Kalau gitu gue kedalem... yach...!” Sahut Beby, lalu segera menuju ke’ruang tengah.
Sesampainya diruang tengah. Beby sangat terkejut sekali. Melihat Chaca ada disamping Tasya sedang duduk dan asyik nonton TV.
“Lho... Cha... Loe ada diteras ?” Tanya Beby, dan kata-katanya agak sedikit tersendat-sendat.
“Beby Galia Putri... Gue dari tadi tuch disini. Kalau nggak percaya, tanya aja dech tuch... Sama Tasya, Helen, Indra, Virgo, ama Oyon !” Jawab Chaca.
“Truzzz... Kalau emang loe dari tadi ada disini. Yang sama gue waktu diteras tadi siapa donk...!” Kata Beby.
“Emangnya kenapa sich Beb ?” Tanya Indra.
“Tadi tuch... Gue khan lagi nyari tas make-up gue... Truzzz... Gue ngeliat Chaca ada diteras. Dan, yang ngasih tas make-up ini tuch. Chaca...!” Jawab Beby.
“Hah......! Gue......???” Sahut Chaca kaget.
“Mungkin loe salah liat kali Beb...!” Kata Oyon.
“Ih... Kalian kok’ nggak percaya banget sich...! Yaudah... Kalau gitu, sini ikut gue !” Sahut Beby.
Lalu, Beby pun mengajak Chaca, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon ke’teras untuk memastikan. Apakah di’teras ada sosok Chaca atau tidak.
Sesampainya didepan teras, tidak ada siapa-siapa. Beby pun sangat terkejut. Dan Chaca, Tasya, Helen, Indra, Virgo serta Oyon mengira, bahwa Beby Cuma bercanda saja.
“Mana... Beb... Katanya ada Chaca !” Kata Helen.
“Emangnya, tadi Kamu benar-benar ngeliat Chaca yach, Beb ?” Tanya Tasya.
“Iya... Bener... Gue nggak bohong kok’. Seribu’rius... Sumpah ta’kewer-kewer dech ! Tapi, kok’ nggak ada yach !!!” Jawab Beby, meyakinkan sahabat-sahabatnya itu.
“Yang bener loe Beb, masa Chaca ada dua sich !” Sahut Indra.
“Ih...! Kalian semua kok’ nggak percaya sich ama gue.” Teriak Beby kesal dan segera masuk kekamarnya.
“Lho...! Beb..... Beby..........!!!” Teriak Oyon memanggil Beby. Tapi, tetap saja Beby mengabaikannya.
“Yah...! Mulai lagi dech, penyakitnya !” Kata Chaca.
“Iya, cepat ngambek.” Sambung Helen.
“Yaudah dech...! Kalau gitu, Kita masuk aja yuk...!” Tawar Virgo. Lalu Chaca, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon pun masuk kedalam rumah tersebut.
Setelah hari telah sore, Mereka pun sudah terlihat menyiapkan bahan praktek. Dan kali ini. Giliran Indra yang mendapat keanehan. Pada waktu Indra sedang keluar dari teras rumah. Ia melihat bayangannya ada tiga. Awalnya, Indra mengira bahwa itu Cuma bayangan pohon yang ada dibelakangnya. Tapi, setelah Indra menjauh dari pohon tersebut, tiga bayangan itu masih tetap ada. Setelah Indra perhatikan, itu memang benar-benar bayangannya. Anehnya, salah satu dari tiga bayangan yang Indra lihat, itu berambut panjang. Akhirnya, Indra pun segera kembali kerumah dengan tergesah-gesah dan segera berkumpul dengan Chaca, Beby, Tasya, Helen, Virgo, dan Oyon. Yang masing-masing sedang menyusun bahan praktek.
“Loe kenapa In...? Kok’ mukanya kayak orang habis di’kejar hantu sich.” Tanya Virgo.
“Iya... Kok tergesa-gesa gitu sich !” Sambung Tasya.
“Ih...! Tobat... Dech... Tobat.....! Gue... Gue.. Itu...! Anu...!” Jawab Indra tergesa-gesa/tersendat-sendat.
“Aduh... In, Mendingan loe minum dulu dech...!” Tawar Beby sambil memberikan Indra air putih, dan sehabis meminum air yang diberikan Beby. Indra pun langsung menceritakan apa yang Ia alami.
“Hmm........! Loe tau nggak... Tadi tuch, gue khan lagi jalan-jalan keluar teras sebentar. Trus, tiba-tiba gue tuch ngeliat bayangan gue ada tiga.” Jelas Indra.
“Wah... Loe... Serius, In...?” Sahut Helen.
“Iya... Limaribu’rius lagi...! Dan anehnya, gue tuch ngeliat salah satu dari bayangan gue tuch, rambutnya panjang, trus.. kakinya nggak nginjak tanah. Awalnya sich, gue ngira itu tuch Cuma bayangan pohon yang ada dibelakang gue. Tapi, setelah gue perhati’in trus gue menghindar dari pohon yang ada dibelakang gue. Bayangan itu masih ada. Yaudah, gue lari dech.. kesini.” Jelas Indra panjang lebar.
“Ih........... Seremmm...........!!!” Sahut Beby dan Tasya
Sementara itu, Chaca yang baru selesai mandi dan ganti baju, sedang menyisir rambutnya sambil melihat kaca yang ada dikamarnya dan Beby.
Anehnya, Chaca yang memiliki rambut yang tidak terlalu panjang itu. Tiba-tiba, Ia melihat rambutnya dikaca sangat panjang dan tebal. Tapi, beberapa kali Chaca menunduk untuk melihat rambutnya dikenyataan itu seperti biasa.  Lalu Ia melihat lagi kecermin, rambutnya sangat panjang dan tebal. Tetapi, kenyataannya tidak.
Akhirnya, Chaca pun segera keluar dari kamarnya. Lalu langsung berkumpul dengan Tasya, Beby, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon.  Dan segera menceritakan apa yang barusan Ia alami.
“Loe kenapa lagi sich Cha ?” Tanya Tasya.
“Duh... Tadi tuch... Gue khan lagi nyisir rambut. Tiba-tiba aja gue ngeliat dicermin tuch... Rambut gue panjang banget. Trus.. Tebel lagi..” Jelas Chaca.
“Masa sich Cha...!” Sahut Beby penasaran.
“Iya bener... Dan yang lebih anehnya lagi. Pas gue ngeliat kenyataannya tuch, rambut gue biasa-biasa aja. Tapi, pas gue liat dicermin.. Rambut gue panjang banget, tebel lagi. Yaudah, gue kesini aja.” Jelas Chaca.
“Ih...! Serem juga.” Sahut Oyon.
“Yaudah... Kalau gitu mending Kita cepat nyelesai’in nich tugas. Truzzz... Abis itu dinner and sleaping. Soalnya gue nggak mau, terjadi hal-hal aneh lagi.” Kata Helen.
“Ocey... Dech...!” Sahut Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon.
*      *      *








BAB III
MUNCUL KETAKUTAN”
HARI KE’TIGA:
Pagi itu, Tasya, Beby, Virgo, Helen, Indra, dan Oyon telah bersiap-siap berangkat ke’Sekolah. Tetapi, Chaca masih dikamar, karena Ia yang terakhir mandi.
Pada saat Chaca sedang mengikat rambutnya, Ia melihat seperti ada bayangan yang lewat dicermin. Chaca pun membalikkan diri, tapi tidak ada siapa-siapa.
 Sementara itu, diruang tamu telah menunggu Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon.
“Hmm...! Chaca mana sich...?” Protes Helen.
“Iya...! Tumben banget Chaca lama kayak gini...” Sambung Tasya.
“Padahal khan dia yang biasanya lebih ceoat dari Kalian bertiga.” Kata Indra.
“Yaudah dech...! Kalau gitu, gue susul aja yach... Si Chaca. Pengen masti’in  dia udah selesai apa belum.” Sahut Beby, sambil beranjak dari tempat duduknya dan menuju kekamarnya dan Chaca.
Sementara itu, Chaca yang sedang ada dikamarnya. Melihat ada bayangan yang lewat dibalik gorden jendela. Karena penasaran, Chaca pun secara perlahan membuka gorden tersebut. Dan tiba-tiba, spontan ada tangan yang memegang pundak Chaca dari belakang. Setelah Chaca membalik’kan diri, ternyata tangan yang memegang pundaknya itu adalah Beby.
“Ha.........! Beby loe ngagetin aja sich...!” Sahut Chaca sebel bercampur takut.
“Oouuppzzz.....! Sorry Cha...! Lagian, loe liatin apa sich. Kok’ serius banget...?” Tanya Beby penasaran.
“E... Udah... Lupain aja.” Jawab Chaca menutup pembicaraan dan langsung pergi ke’ruang tamu untuk berkumpul bersama kawan-kawannya. Sedangkan Beby masih tetap ditempatnya dan terlihat bingung.
“Hmm...! Akhirnya loe nongol juga Cha !” Kata Oyon.
“Lho.....! Beby mana ?” Tanya Virgo.
“Yah...! Tadi, Beby yang manggil Chaca biar cepat kesini. Eh...! Dia’nya malah ninggal dech tuch.” Kata Indra.
“Hai.....! Gue disini...!” Sahut Beby.
“Loe... kemana aja sich... Beb...?” Tanya Tasya.
“Enggak kok’.. Tadi gue heran aja. Chaca tuch..................!!!” Jawab Beby, tapi tak bisa meneruskan pembicaraannya karena mulutnya langsung di’tutup oleh tangan Chaca. Dan Chaca pun mengedipkan mata, untuk mengkode Beby agar tidak meneruskan pembicaraannya. Beby pun menggangguk, karena mengerti kode dari Chaca. Dan Chaca pun melepaskan tangannya dari mulut Beby.
“Ih...! Chaca apa’an sich !” Kata Beby.
Sedangkan Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon, hanya terlihat bingung dengan tingkah Chaca dan Beby. Lalu terdengar sahutan Helen, mengingatkan setelah melihat jam dinding:
“Wah...! Udah jam setengah tujuh lewat 10 menit.”
“Yaudah... Kalau gitu berangkat yuk !” Ajak Indra.
“Eh... Tunggu bentar.” Kata Tasya.
“Lho...! Kenapa lagi sich Sya ?” Tanya Virgo.
“Biar nggak ada yang ketinggalan, gue hitung dulu yach...!” Jawab Tasya.
“Hmm...! Terserah loe dech !” Sahut Chaca.
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan...!!! Lho... Kok’... Ada delapan sich...!”  Kata Tasya, Heran.
“Lho...! Perasaan, Kita Cuma tujuh orang aja dech...! Kok’ delapan sich !” Sahut Beby.
“Udah dech ! Nggak usah ngulur-ngulur waktu. Dari pada nanti Kita telat. Mending Kita pergi ke’sekolah, SEKARANG...!” Ajak Indra, sambil berdiri dari tempat duduknya menuju pintu. Karena melihat Chaca, Beby, Tasya, Helen, Virgo, dan Oyon masih diam ditempat duduknya.
“Loe semua masih mau tetap disini ?” Tanya Indra.
“Ya... Enggak’Lah.....!” Jawab Tasya, Beby, Chaca, Helen, Virgo, dan Oyon, serempak.
“Yaudah... Ayo...!” Ajak Indra lalu menuju ke’mobilnya. Di’ikuti oleh Chaca, Beby, Tasya, Helen, Virgo, dan Oyon.
Pada saat dalam perjalanan menuju ke’sekolah (Didalam mobil), Chaca yang biasanya sering ngomong (cerewet), terlihat diam dan kelihatan memikirkan sesuatu.
“Gue bilang nggak yach...! Soal yang tadi ke’teman-teman. Hmm...! Mendingan nggak usah dech ! Entar, malah bikin Mereka semua pada takut lagi...!” Nurani (dalam hati) Chaca berbicara.
“Lho... Beb... Loe liat dech Chaca... Tumben benget, Dia diem kayak gitu ?” Bisik Tasya, bertanya pada Beby.
“Yah... Loe nanya ke’gue. Mana gue tau...!” Bisik kembali Beby menjawab pertanyaan Tasya.
“Eh...! Lagi ngomongin apa sich ? Kok pake bisik-bisik’kan ?” Tanya Helen.
“Enggak kok’... Chaca tuch, tumben banget dia diem kayak gitu !” Jawab Beby.
“Iya... Yach...! Sya, coba loe tanya dech ma Chaca !” Usul Helen.
Tasya pun mengangguk dan bertanya pada Chaca.
“Cha, loe kok’ tumben banget sich... Diam kayak gini. Emangnya, loe mikirin apa sich...?”
“E...e... Enggak kok’ gue nggak lagi mikirin apa-apa.” Jawab Chaca.
Tidak lama kemudian, Mereka pun telah sampai disekolah. Dan segera masuk kelas. Lalu mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
Pada saat jam istirahat, Beby dipanggil Ibu Rose, untuk memberi tahukan kepada Chaca, Tasya, dan Helen, bahwa saat jam pulang nanti Mereka dipanggil. Untuk memeriksa Ulangan Harian Matematika.
“Beby pun segera mencari Chaca, Tasya, dan Helen, untuk memberi tahukan hal ini pada Mereka. Tapi, Beby tidak menemukan Chaca, Tasya, atau Helen. Padahal, Beby sudah mencari ke’mana-mana. Tapi tidak ditemukannys juga.
Akhirnya, Beby pun memutuskan untuk menunggu Chaca, Tasya, dan Helen di’kelas. Pada saat Beby menuju ke’kelas. Ia melihat Virgo dan Indra. Lalu bertanya:
“Go, In... Loe berdua liat Chaca, Tasya, atau Helen, nggak...???”
“Enggak tuch...! Emangnya kenapa.. Beb...?” Jawab Indra dan Virgo, lalu bertanya.
“Enggak kok’ !” Jawab Beby singkat. Lalu, Beby pun teringat dengan perintah Ibu Rose, yang menyuruhnya, Chaca, Tasya, dan Helen. Untuk tidak segera pulang saat jam pulang sekolah, karena harus memeriksa Ulangan Harian teman-temannya.
“Kalau gue, Chaca, Tasya, ama Helen pulangnya lambat, otomatis.. Indra, Virgo, ama Oyon.. nggak bisa masuk rumah donk. Sampai Kita datang, soalnya khan.. kuncinya ada ma gue.” Nurani (dalam hati) Beby mulai berbicara.
“In... Go...! Nich, kunci rumah !” Sahut Beby, sambil memberikan kunci kepada Indra.
“Lho... Kok’...! Di’kasih ke’Kita sich Beb...?” Tanya Virgo.
“Emmm...! Iya, tuch kunci sengaja gue kasih ke’Kalian. Soalnya khan... Sebentar gue, Chaca, Tasya, ama Helen tuch agak lama pulang. Karena Kita tuch ditugasin ma Bu Rose. Buat memeriksa Ulangan Harian di’kelas Kita.” Jawab Beby.
“O...o...! Eh, liatin punya gue yach...!” Sahut Indra.
“Gue... Juga...!” Sambung Virgo.
“Ocey... Dech...! Kalau gitu, gue masuk dulu... yach... Biar nunggu Chaca, Tasya, ama Helen di’kelas aja.” Sahut Beby.
“O... Kalau gitu.. Gue ama Virgo juga mau ke’kantin.” Kata Indra.
Akhirnya, Beby masuk ke’kelas dan Indra ama Oyon menuju kantin.
Saat di’kelas, Beby heran. Mengapa kelas begitu sepi, padahal biasanya ramai.
“Tumben banget nich kelas sepi” Nurani (dalam hati) Beby berbicara.
Saat Beby duduk, tiba-tiba handphone’nya berbunyi. Dan ketika Beby lihat, ternyata yang menelepon adalah Nabila.
“Wah......! Nabila......! Hallo.... Nab, apa kabar.....??? Kok’ udah nggak pernah ngasih kabar lagi sich...! Hallo......!!! Nabila.....! Hallo...Hallo........!!!” Ucap Beby mengangkat telphone’nya, tapi, tak terdengar suara apapun.
Ketika Chaca memasuki kelas, Ia melihat Beby sedang berbicara di’telphone’nya. Chaca pun, segera duduk di’samping Beby dan menanyakan:
“Telephone dari siapa sich Beb...?”
“Dari Nabila...!” Jawab Beby.
“Wah... Nabila... Mana... Mana.....!” Sahut Chaca sambil mengambil handpone Beby.
“Hallo... Nab...! Apa kabar......??? Hallo...! Lho Beb katanya dari Nabila, tapi kok’... nggak ada suaranya sich...!” Tanya Chaca, bingung. Sambil melihat layar handpone Beby. Dan tulisannya, tetap masih menunjukan waktu percakapan.
“Yah......! Gue juga nggak tau...!!!” Jawab Beby bingung.
“Yaudah... Dech...! Mati’in aja...!” Kata Chaca, lalu segera mematikan telepon.
“Yah...! Cha, kok’ di’mati’in sich...!” Tanya Beby.
“Dari pada Kita bicara-bicara sendiri kayak orang gila. Mending di’mati’in khan...! Truzzz.... Mungkin tadi tu’ jaringan kurang bagus, makanya nggak ada suaranya. Kalau Kita nggak mati’in.. Bisa-bisa pulsanya Nabila abis lagi...!” Jawab Chaca panjang lebar.
“O...o...O... Gitu.....! Oh.. Yach...! Cha, kata Bu’Rose. Gue, loe, Tasya, ma Helen di’tugasin buat bantu Bu’Rose sebentar untuk periksa Ulangan Harian Matematika temen-temen Kita.” Kata Beby.
“Kapan...???” Tanya Chaca.
“Sebentar... Abis pulang sekolah. Kita, kumpul di’kelas ini. Ntar.. Bu’Rose yang ke’sini.” Jawab Beby.
“Truzzz...... Loe udah bilang ama Tasya ma Helen...???” Tanya Chaca.
“Belum...! Gimana caranya coba...! Gue aja belum ketemu mereka dari tadi. Sama kayak loe, Gue cari’in kemana-mana juga...! Mang loe semua pada kemana sich...?” Jawab Beby, lalu bertanya.
“He..He..He...! Gue, Tasya, ma Helen tadi tu’ ke’Perpus. Cuma Gue duluan ke’sini, kalau Mereka sich.. Masih mau netap di’Perpus. Sebenarnya sich, Kita mau ajak loe Beb.. Tapi, percuma aja.. Loe juga mana mau di’ajakin ke’Perpus. Kecuali kalau lagi disuruh guru!” Jawab Chaca.
“He..He..He..! Tau aja sich loe....!” Sahut Beby.
“Oh..Ya...! Beb, Indra, Virgo, ama Oyon.. Udah loe kasih nggak kunci rumah. Soalnya khan.. Kalau Mereka pulang, tapi kunci rumahnya ada ma loe. Wah...! Bisa jamuran tu’ Mereka nunggu. Udah belum...???” Tanya Chaca.
“Ih... Cha, loe nanya mulu dari tadi...!  Gini yach Chaca Ananda Yudistira...! Gue tadi tu’ udah memberikan kunci rumah ma Indra. Jadi, kalau Mereka pulang.. Mereka nggak perlu nunggu, karena kunci khan udah ada sama Mereka...! Gitu...! Udah.. ‘ah...! Stop nanya’nya.. Jadi pusing gue” Jawab Beby.
“Ocey... Dech...! Beby Galia Putri...!” Kata Chaca.
Tidak lama kemudian, Tasya dan Helen pun menghampiri Beby dan Chaca. Lalu, Chaca dan Beby pun memberitaukan perintah dari Bu’Rose. Dan setelah jam pulang tiba. Mereka berempat pun tetap duduk di’tempat Mereka, menunggu kedatangan Bu’Rose.
Tak lama Mereka menunggu. Bu’Rose pun datang, dengan membawa kertas Ulangan Harian Matematika. Bu’Rose pun segera membagikan Hasil kertas Ulangan Harian kepada Mereka berempat, dan mencatat kunci jawaban di’papan. Akhirnya, Chaca, Beby, Tasya, Helen, dan Bu’Rose pun, Sama-sama memeriksa hasil Ulangan Harian.
Sementara itu, di’rumah sewahan, Indra, Virgo, dan Oyon terlihat asyik menonton TV. Sambil menunggu kedatangan Chaca, Beby, Tasya, dan Helen. Pada saat Oyon ke’dapur untuk mengambil cemilan. Tiba-tiba, Ia mendengar suara orang sedang bermain piano. Oyon pun berusaha untuk mencari siapa yang memainkan piano dengan begitu indah. Tapi, Ia sama skali tidak menemukannya. Semula, Ia mengira bahwa yang memainkan piano tersebut adalah tetangga sebelah. Tapi anehnya, suara piano tersebut sangat kedengaran ketika Oyon melewati gudang belakang. Karena tidak yakin, Oyon pun mendekatkan telinganya di’pintu gudang belakang tersebut. Dan kedengarannya, piano itu seperti dimainkan didalam gudang belakang. Setelah itu, tiba-tiba saja, bulu’kuduk Oyon merinding. Akhirnya, Oyon pun segera pergi ke’ruang tengah untuk berkumpul kembali bersama Indra dan Virgo dan meninggalkan tempat tersebut.
Setelah sampai di’ruang tengah, Oyon telah melihat kehadiran Chaca, Beby, Tasya, dan Helen.
“Lho.....! Cha, Beb, Sya, Len.. Kalian kapan sampe’nya?” Tanya Oyon.
“Barusan...!” Jawab Chaca.
“Kemana aja sih loe Yon. Kok’ ngambil cemilan aja lama banget sich...!” Sahut Indra.
“Eh...! Loe tau nggak...! Tadi tu’ gue ngedengerin suara orang bermain piano. Gila...! Suara merdu buanget...! Sumpeh ta’kewer-kewer dech...!” Kata Oyon, menceritakan kejadian yamg berusan Ia alami.
“Masa sich Yon...? Di’mana...?” Tanya Tasya.
“Gue juga nggak tau. Tapi, kedengarannya tuch. Kayaknya, di’gudang belakang...!” Jawab Oyon.
“What...! Di’gudang belakang...!!!” Sahut Beby.
“Hah.....! Gila loe Yon...! Masa ada orang mainin piano di’gudang belakang sich...!!!” Kata Helen.
“Iya... Nich...! Oyon ngaur...! Yang bener aja Yon...! Masa iya sich hantu yang mainin  piano dalam gudang.” Sahut Chaca.
“Ya...Ampun...! Itu tuch... Cuma perkira’an gue doank...! Prediksi...Neng...Prediksi. Soalnya, kedengarannya tuch kayak disitu...!!! Atau jangan-jangan...! Kalian yach, yang mainin piano. Karna pengen ngerjain gue, makanya nggak ada yang ngaku...!” Tebak Oyon.
“Ye.......! Enak aja...! Gue main pianika aja nggak pernah lancar-lancar. Boro-boro mau main piano...!” Sahut Beby.
“Hmm...! Apalagi gue, Khan, Gue tuch taunya Cuma main biola dhoank...!” Kata Helen.
“Iya... Nich...! Oyon, jangan sembarangan nuduh donk...! Kita semua tuch...! Di’sini nggak ada yang tau main piano.” Sahut Taaya.
“Yah....! Dulu aja, loe khan Yon.. Yang selalu ngejek-ngejek Helen. Bilang kalo Helen tuch sembarangan nuduh Kita nyembuni’in buku Matemtika’nya. Padahal enggak khan...!” Kata Chaca
“Iya... Yah...! Kok’ jadi kebalik sich...!” Kata Indra.
“Makanya loe Yon...! jangan kualat sama Helen. Gini khan jadinya...!” Sambung Virgo.
“Tapi kok aneh yach...! Oyon kok’ ngedengerin suara piano. Padahal khan...! Kita tuch di’sini nggak ada yang main piano dan.. di’sini juga nggak ada piano...!” Sahut Tasya.
“Hmmm..........!!! Kalau berhubungan ma piano gini...! Jadi inget ma Nabila dech...! Soalnya khan...! Nabila suka banget main piano.” Kata Beby.
“Iya... Yah... Beb...! Nabila tuch emang berbakat banget kalau mainin piano.” Sambung Chaca.
“Hmmm.........!!! Jadi kangen..... Dech...! Ma Nabila...!” Sambung lagi Tasya dan Helen bersamaan.
“Udah..... Dech......! Kok’ jadi pada sedih-sedihan gini sich...!” Sahut Indra.
“Namanya juga kangen In...! Emangnya ada yach, Orang tuch seneng kalau berpisah ma Sahabat.” Kata Tasya.
“Bukannya gitu Sya...! Kita semua tu’ kangen banget ma Nabila. Tapi, mau di’gimanain lagi. Kita tuch harus nunggu sampe Nabila dateng.” Kata Indra.
Tak terasa, waktu pun terus berjalan, malam telah tiba. Dan pada saat makan malam, Indra memasak mie, karena persediaan bahan makanan telah habis.
“Yah...! Malam ini Kita terpaksa makan mie dech...! Soalnya khan... persediaan bahan makanan Kita tuch udah pada abis.” Kata Helen.
“Yaudah... Dech...! Kalau gitu besok abis pulang sekolah Gue, Tasya, Beby, ama Helen bakal ke Supermarket dulu buat beli bahan-bahan makanan.” Sahut Chaca.
“Ocey... Dech...! Cha...!” Kata Tasya, Beby, dan Helen. Secara bersamaan.
Pada saat Indra sedang memasak, Beby dan Helen menghampiri Indra.
“Gue bantu’in yach In...!” Tawar Beby.
“Silahkan...!” Kata Indra, sambil menaruh bumbu di’dalam panci.
“Ya...Ampun...! In...! Kalo naruh bumbu’nya tuch, jangan kebanyakan. Emang Kamu nggak tau yach...! Kalau bumbu’nya tuch banyak mengandung MSG.” Kata Helen.
“Ya... Emang kenapa kalau ada MSG’nya...?” Tanya Indra.
“Ya... Nggak bagus untuk otak.” Jawab Helen.
“Tapi Len, kalo bumbu’nya nggak di’taruh semua. Mie’nya apa enaknya...!” Sahut Indra.
“Ya...Ampun...! Gini yach In..! Menurut buku yang gue baca: Apa aja yang  mengandung MSG, itu tuch nggak bagus buat otak ama pertumbuhan. Emang loe mau, Kita semua tuch jadi lupa pelajaran. Truzzz, muka Kita tuch juga kayak orang tua...!” Kata Helen.
“Ya... Enggak lah...! Gila... loe...! Masa muka gue yang guanteng gini jadi kayak orang tua sich...!” Sahut Indra.
“Ih..........!!!!! Ogah... Gue.....!” Sambung Beby.
“Ya... Makanya jangan ditaruh kebanyakan bumbu’nya.” Kata Helen mengingatkan.
“Iya... Dech...!” Kata Indra.
“Nah...! Gitu donk...! Dari tadi... ke’...! Nurut...! Yaudah Gue ke’yang lainnya dulu yach...!” Kata Helen, dan segera pergi.
“Ha...Ha...Ha...!!! Iin... Iin...! Udah tau kalau Helen tuch nggak bisa di’lawan kalau udah menyangkut ma kata-kata’nya yang selalu bilang ‘Menurut Buku Yang Gue Baca’. Tapi, loe masih aja ngelunjak. Jadi’nya, kalah khan. He,he,He...!” Ejek Beby.
“Apa sich loe Beb...! Hmmm... Akhirnya nich mie mateng juga.” Kata Indra.
“Yaudah...! Kalau gitu gue panggilin Tasya yach...!” Sahut Beby dan segera memanggil Tasya untuk menyiapkan piring.
Saat di’meja makan. Tasya heran, mengapa tiba-tiba di’meja makan ada 8 piring. Padahal seingatnya, Ia hanya mengambil 7 piring saja.
“Ya...Ampun...! Sya, kok’ loe repot-repot banget sich. Ngebawa piring 8. Khan perlunya tuch Cuma 7 aja.” Sahut Chaca.
“Hah...! Perasa’an... Gue Cuma ngambil 7 tadi...! Kok’ bisa ada 8 sich...!” Sahut Tasya.
“Keselip kali Sya...!” Tebak Beby.
“Se’tau gue sich enggak. Masa piring se’tebal ini bisa keselip sich..!” Kata Tasya.
“Ya’udah...! Masa masalah kecil doank kayak gini. Di’perbesarin lagi sich...! Mendingan makan skarang...!” Sahut Indra.

HARI KE’EMP4T:
Pagi itu, Chaca telah habis mandi. Dan saat Chaca menuju ke’kamarnya untuk segera membangukan Beby, Ia melihat Beby sedang duduk diam di sofa ruang tengah dengan wajah yang terlihat pucat.
“Lho...! Beb, loe kenapa sich...? Kok’ muka loe pucat gitu...?” Tanya Chaca.
“Nggak apa kok’ Cha...!” Jawab Beby, agak aneh.
Chaca pun pergi menuju ke’kamarnya. Tapi anehnya, tiba-tiba saja Ia melihat Beby masih terbaring di’tempat tidur. Lalu karena tidak yakin, Chaca pun segera membuka pelan-pelan pintu kamarnya dan melihat lagi ke’ruang tengah, dan Ia tidak melihat siapa pun. Ketika Chaca membalik’kan diri, sontak Ia sangat kaget karena tiba-tiba saja dihadapan’nya ada Beby.
“A...a...A...!!!” Teriak Chaca.
“Loe kenapa sich Cha...? Ngeliat gue kok’ kayak ngeliat hantu gitu...!” Ucap Beby, heran.
“I...i...ini.....! Beby khan...!!!” Kata Chaca, sambil melihat kaki Beby yang menginjak lantai.
“Ya...Iya’Lah.....! Siapa lagi...! Ih...! Cha, loe kok’ aneh banget sich...! Emangnya ada apa sich...!” Sahut Beby.
“E...enggak... kok’...! Nggak ada apa-apa. Mungkin tadi gue salah liat kali...!” Ucap Chaca.
“Hah...! Salah liat apa...?” Tanya Beby.
“Udah Lah...! Lupa’in aja...! Eh...! Loe kok’ nggak mandi sich...! Udah cepetan sana...! Entar telat lho...!” Jawab Chaca, lalu menyuruh Beby untuk segera mandi. Beby pun mengambil baju mandi dan segera pergi menuju kamar mandi.
Setelah semuanya telah siap. Mereka bertujuh pun segera berangkat menuju ke’sekolah.
Tidak terasa, waktu pun terus berjalan. Jam pulang sekolah pun telah tiba. Seperti kesepakatan kemarin, Chaca, Beby, Tasya, dan Helen pun tidak langsung pulang ke’rumah sewaha tersebut. Tetapi pergi ke Supermarket terlebih dahulu, untuk membeli semua perlengkapan bahan makanan yang telah habis. Dan juga tidak lupa untuk membeli cemilan-camilan dan sekedar buah-buahan.
Setelah selesai membeli semua perlemgkapan makanan, Chaca, Beby, Tasya, dan Helen pun langsung pulang ke’rumah sewahan tersebut. Saat Mereka sampai, Indra, Virgo, dan Oyon pun segera membantu Chaca, Beby, Tasya, dan Helen untuk menaruh semua barang belanjaan.
“Nich...! Giliran Kalian bertiga yang ngeberesin nich semua barang belanjaan...!” Ucap Tasya.
“Iya...! Soalnya khan... Gue, Chaca, Tasya, ama Helen khan...! Udah capek...! Gara-gara muter-muter Supermarket buat beli nich semua...!” Sambung Beby.
“Iya... Dech...! Iya...!” Kata Indra.
“Ya’udah...! Masuk sana...! Biar Gue, Iin, ma Oyon aja yang ngeberesin nich semua...!” Sambung Virgo.
“Iya...! Kalian khan capek...!” Sambung lagi Oyon.
Akhirnya, Chaca, Beby, Tasya, dan Helen pun masuk kedalam rumah sewahan tersebut untuk istirahat. Sedangkan Indra, Virgo, dan Oyon membereskan belanjaan yang di’beli Chaca, Beby, Tasya, dan Helen.
Pada saat sore telah tiba, Tasya, Chaca, Beby, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon sedang belajar mengerjakan PR dan mempersiap’kan bahan-bahan praktek.
“Hmmm......! Akhirnya, nich tugas-tugas selesai juga...!” Kata Helen.
“Iya... Nich...! Moga-moga aja, Kelompok Kita bisa dapat nilai bagus yach...!” Sahut Tasya.
“Pasti’nya donk...! Kelompok Kita khan... kompak...!” Kata Indra.
“Hmmm.......! Pengen ngemiilll........!!!” Sahut Beby.
“Yaudah... Beb, ambil aja di’kulkas...! Tadi khan, Kita banyak beli cemilan...!” Kata Chaca.
“Oh...Iya...Yach...! Kok’ gue lupa sich...!” Kata Beby, sambil beranjak dari tempat duduknya untuk pergi mengambil cemilan.
“Gue... Juga... ah...! Eh...! Ada yang mau nitip nggak...?” Tanya Virgo, pada Tasya, Chaca, Helen, Indra, dan Oyon.
“Gue... donk... Go...!” Jawab Tasya.
“Gue... Juga...!” Sambung Chaca, lalu di’ikuti Helen, Indra, dan Oyon.
“Ocey... Dech...!!!” Kata Virgo, lalu beranjak dari tempat duduk’nya untuk menyusul Beby.
Saat di’dapur, Beby pun segera membuka kulkas dan melihat isinya.
“Hmmm......!!! Enak’nya.. Makan yang mana yach...! Emmm......! Apel aja dech...!” Ucap Beby, sambil mengambil buah apel. Ketika Beby hampir menutup pintu kulkas, Virgo pun datang dan menahan pintu kulkas yang hampir di’tutup oleh Beby.
“Virgo...! Loe mau ngambil cemilan juga...?” Tanya Beby.
“Yuuppzzz.......!!! Eh... Beby... Loe ngambil buah apel yach...?” Jawab Virgo, lalu menanyakan kembali.
“Iya...! Soalnya khan, gue lagi pengen aja...!” Jawab Beby. Sambil hampir memakan buah apel yang belum di’cuci.
“Eiittzzz.....! Cuci dulu donk... Beb... Buah Apel’nya. Masa di’makan gitu aja sich...!” Kata Virgo, mengingatkan Beby.
“Oh...Iya...Yach...! Jadi lupa...!” Kata Beby, sambil mencuci buah apel tersebut. Dan di’ikuti oleh Virgo, yang juga mengambil buah apel.
Saat Beby dan Virgo sedang bercakapan sambil mencuci buah apel dan menaruh’nya di’piring, tiba-tiba saja terdengar suara kulkas terbuka dan buah-buahan yang ada di’dalam kulkas tersebut jatuh. Beby dan Virgo pun terkejut.
“Lho...! Go...! Pintu kulkas’nya kok’ kebuka sendiri sich...???” Tanya Beby.
“Yah...! Loe tanya gue...! Mana gue tau...!” Jawab Virgo.
“E..emangnya...! Loe yakin, pintu kulkas’nya tadi tuch, Udah loe tutup rapat...???” Tanya Beby.
“I..iya...... Beb...! Gue tu’ yakin banget.. Kalau pintu kulkas’nya tadi tuch udah gue tutup rapat-rapat...!” Jawab Virgo.
“Lho...! Tapi kok’.. Bisa ke’buka gitu...! Malah.. Buah-buahanya pada jatuh lagi...!” Kata Beby.
“Yaudah...Dech...!!! Kalau gitu... Mending Kita beresin aja yuk...!” Ajak Virgo.
“Hah...! Kita...? Loe aja kale... Gue enggak...!!!” Sahut Beby.
“Ya... Ampun... Beb...! Bantu’in Lah...Khan.....!!!” Sahut Virgo.
“Iya... Dech...! Soalnya, Gue juga kasihan ngeliat loe...! He...He...He...!” Canda Beby.
“Yaudah... Bantuin...!” Kata Virgo. Lalu Beby dan Virgo pun, segera membereskan buah-buahan yang jatuh.
“Hmmm......! Udah khan...!” Sahut Beby.
“Iya...!” Sahut Virgo. Lalu, Beby pun melangkah untuk egera berkumpul bersama Tasya, Chaca, Helen, Indra, dan Oyon.
“Lho...! Beb...! Loe mau kemana...???” Tanya Virgo.
“Yah... Mau ngumpul ma anak-anak yang lainnya Lah...! Mau kemana lagi...!” Jawab beby.
“Truzzz.....! Buah-buahan itu siapa yang bawa donk...?” Tanya Virgo, sambil menunjuk buah apel yang ada di’piring dan terletak di’atas meja.
“Yah..... Loe Lah...! Siapa lagi...! Masa gue sich... Yang harus ngebawa tuch buah-buah apel. Khan loe yang di’suruh. Ih, Virgo gimana sich...!” Jawab Beby, lalu pergi ke’ruang tengah untuk segera berkumpul bersama Tasya, Chaca, Helen, Indra, dan Oyon.
“Hmmm........! Gue lagi dech...!” Ucap Virgo, lalu mengambil buah apel yang ada di’piring dan segera pergi menuju ke’ruang tengah untuk berkumpul bersama Chaca, Tasya, Helen, Indra, dan Oyon.
Sesampainya di’ruang tengah, Beby pun langsung duduk dan tidak lama kemudian Virgo pun juga telah sampai dan segera menaruh piring tersebut di’atas meja, lalu Ia pun duduk.
“Nah...! Ini nich.. Yang di’tunggu-tunggu...!” Kata Oyon.
“Thank’s yach... Go...!” Sahut Tasya.
“Hmmm......! Ada apa sich.. Beb, Go...? Kok’ muka Kalian aneh gitu...???” Tanya Chaca, sambil mengambil satu buah apel yang ada di atas meja.
“Emm........! Loe smua tau nggak...! Tadi tuch... Aneh banget...!” Jawab Beby.
“Hah...! Aneh...!!!” Kata Helen.
“Emangnya, aneh apa’nya sich Beb...???” Tanya Tasya.
“Gini, tadi tuch.. Gue ma Virgo khan.. Lagi nyuci apel, tapi.........” Jawab Beby, tapi enggan meneruskan pembicaraannya dan langsung melihat kearah Virgo.
“Tiba-tiba aja tuch... Pintu kulkas ke’buka sendiri dan... Buah-buahan di’dalem.. Pada jatuh semua...!!!” Sambung Virgo, meneruskan pembicaraan Beby.
“Masa sich...!!!” Kata Indra.
“Iya... Bener...! Kita nggak bo’ong kok’...!” Sahut Beby.
“Lagian apa untungnya coba.. Buat gue ma Beby, kalau cuman ngerjain atau nakut-nakutin Kalian. Ih, nora banget...!” Sambung Virgo.
“Emmm........!!! Kok’... Aneh yach...!” Sahut Chaca.
“Emangnya aneh apanya lagi sich.. Cha...?” Tanya Oyon.
“Ya... Enggak...! Emangnya.. Kalian Semua nggak pada nyadar yach...! Kalau  akhir-akhir ini tuch...! Kita s’lalu dapat kejadian-kejadian aneh gitu...!” Jawab Chaca.
“Iya... Cha.....! Loe emang bener...! Akhir-akhir ini tuch... Kita semua emang pada ngedapet kejadian-kejadian aneh gitu. Coba dech...! Kalian semua inget-inget, apa yang terjadi semenjak Kita tinggal di’rumah ini...!” Sahut Helen
“Oh...Iya...! Dari sejak hari pertama Kita tinggal di’rumah ini tuch...! Kita emang udah dapet kejadian aneh. Contohnya, waktu Virgo nge’dapet bercak-bercak merah gitu di’lantai. Truzzz.... pas malem’nya, Helen yang nge’dapetin buku cetak matematika’nya ada di’depan pintu gudang belakang.” Kata Tasya, mengingatkan.
“Truzzz.....! Ke’esok’kan hari’nya, tas make-up Beby ilang trus Beby bilang.. Kalau Dia ngeliat Chaca di’teras dan yang ngasih tas make-up Beby tuch Chaca. Padahal khan, Chaca ama Kita terus di’ruang tengah.” Kata Indra.
“”Truzzz....! Pas sore’nya Indra ngeliat kalau bayangan’nya tuch... Ada tiga dan salah satu dari bayangan’nya tuch berambut panjang. Lalu pas malem’nya, Chaca ngeliat di’cermin kalau rambutnya tuch panjang...ma...tebel... buanget.....! Tapi, pas ngeliat ke’kenyataan.. ternyata rambut Chaca biasa-biasa aja...! Ih.....Serem......!!!” Sahut Beby.
“Truzzz......! Ke’esok’kan hari’nya.. Tasya ngitung Kita ada delapan. Padahal khan Kita Cuma tujuh doang.....!” Sahut Virgo.
“Dan...yang...terakhir...! Oyon nge’dengerin suara orang main piano. Padahal khan... Kita nggak ada yang ada yang tau main piano dan di’sini juga nggak ada piano...!” Sahut Helen.
“Tuch... Khan.....! Apa gue bilang, Kita tuch.. semenjak tinggal di’rumah ini selalu dapet kejadian-kejadian aneh mulu.” Sahut Chaca.
“What.......!!! Jangan-jangan.. Rumah ini ada hantu’nya lagi...! I..i...!!!” Kata Beby.
“Hus...! Beby jangan ngomong sembarangan dong...! Tapi... Kalau emang bener gimana dong...!!!” Kata Oyon.
“Hu...u...u...! Sama aja loe Yon...!” Sahut Indra.
“Jadi... Kita musti gimana dong...nich...! Apa..Kita cari rumah lain aja...!!!” Tawar Virgo.
“Gue s’tuju ama loe Go...!” Sahut Beby, sambil mengajukan tangannya. Dan menurunkannya kembali.
“Aduh...uh...! Kalian jangan langsung ngambil keputusan gitu aja donk...!” Sahut Chaca.
“Aduh... Cha...! Please... Dech...! Gue tu’ takut.. Kalau sampe terjadi apa-apa ma Kita semua. Emang loe mau tanggung jawab...! Udah dech.. Cha...! mendingan Kita pindah aja yuk...!” Kata Beby.
“Ya...Ampun... Beby...! Bukan itu maksud gue. Ya kalau Kita mau pindah nggak segampang itu. Lagian... Kayaknya Cuma loe doank dech.. yang heboh. Gue ama yang Lain’nya fine-fine aja kok’...!” Kata Chaca.
“Iya... Beb...! Loe tu’ tenang aja. Pasti nggak bakalan terjadi apa-apa kok’ ma Kita.” Sambung Tasya.
“Ya...! Truzzz gimana donk skarang...! Apa Kita masih mau tetap tinggal di’sini...!” Kata Beby.
“Yuuppzz....! Dan Kita juga musti cari tau, apa penyebab slama ini Kita tu’ dapet keanehan truzzz...!” Sahut Helen.
“Cara’nya...???” Tanya Oyon.
“Ya...! Di’selidiki lah Yon...!” Jawab Helen.
“Ya... Gue tau di’selidiki... Tapi, cara’nya untuk nyelidiki ini semua tu’ gimana....???” Tanya Oyon.
“Ya... Kita cari tau...! Tentang asal-usul rumah ini mungkin. Atau kalau perlu, Kita tanya aja ma tante Anggi.” Jawab Helen.
“Kayak’nya nggak perlu sampe segitunya juga dech Len...!” Kata Tasya.
“Maksud’nya Sya...???” Tanya Helen.
“Maksud’nya tu’... Kayaknya Kita nggak perlu sampe nanya-nanya ama tante Anggi. Entar dia malah tersinggung lagi...!” Jawab Tasya.
“Kalau Kita nggak nanya ma Tante Anggi. Truzzz... Kita mau nanya ma siapa lagi Sya...???” Tanya Indra.
“Iya... Sya...! Khan.. Yang tau persis rumah ini tu tante Anggi khan..!” Sambung Virgo.
“Kita Khan... Juga bisa nanya-nanya ama tetangga-tetangga sebelah.” Jawab Tasya.
“Iya...! Tasya benar...! Dan kalau emang rumah ini ada penunggu’nya. Masa sich.. Dia gangguin Kita kalau nggak ada sebab’nya. Lagian, prasaan semenjak Kita tinggal di’rumah ini, Kita ngelakuin hal-hal yang wajar kok’...! Jadi, gue tu’ yakin banget kalau ada hal lain yang buat Kita belakangan ini tu’.. dapet kejadian aneh.” Kata Chaca.
“Loe kok’ bisa yakin gitu sich Cha...?” Tanya Oyon.
“Gue juga nggak tau. Kenapa sampai gue tu’ yakin banget kalau... Ada hal lain yang membuat Kita tu’ sampe ngedapet kejadian aneh.” Jawab Chaca.
“Hmmm.....!!! Gue jadi penasaran...! Pokok’nya Kita harus selidikin...!” Kata Indra.
“Aduh...! Guys...! Jangan terlalu nekat gitu donk...! Gue takut banget nich.. Kalau sampe terjadi apa-apa ma Kita.” Sahut Beby.
“Udah..Lah... Beb...! Jangan terlalu negatif  thingking gitu donk...! Santai aja kali...!” Sahut Virgo.
“Nah... Truzzz...! Kalau misalnya Kita tu’ udah nggak tinggal di’rumah ini lagi. Alias tugas-tugas Kita udah pada selesai semua dan Kita di’rumah ini juga udah tujuh hari, tapi.. Informasi yang Kita dapet belum lengkap....! Gimana donk...???” Tanya Beby.
“Ya... Kalau itu sich Beb, ntar Kita pikirin lagi dech...!” Jawab Indra.
“Hmmm.....!!! Up to you all...! Pokok’nya gue nggak mau yach...! Kalau sampe Kita terlalu lama di’sini...!” Kata Beby.
“Nggak kok’ Beb...! Kita tu’ nggak bakalan lama-lama kok’ di’sini...!” Kata Tasya.
“Lagian loe sich Beb...! Kebanyakan nonton film horor.. Jadi takut khan...! Hmmm...! Suka nonton film’nya.. Tapi kok’ takut ma horor’nya.. Sharus’nya loe tu’ bisa ngambil hikmah’nya donk Beb.” Sahut Helen, sambil menggelengkan kepala’nya.
“Udah... Udah...! Nggak usah di’perpanjang lagi. Mendingan.. Kita nyiapin bahan  untuk Praktek IPA besok....! Ocey...!” Kata Chaca.
“Mang besok Kita Praktek Biologi.. pa, Fisika...?” Tanya Virgo.
“Ya... Dua-dua’nya... Lah...!” Jawab Tasya.
“Yang penting.. Besok tu’ Kita Praktek... Bukan ulangan. Soal’nya otak gue suka buntu kalau ngerjain Fisika.” Sahut Oyon.
“Sama... Yon...! Tu’ plajaran Fisika kok’ susah amet yach...!” Sambung Beby.
“Ye.....! Loe berdua’nya aja yang nggak belajar.. Makanya plajarannya jadi susah. Khan gue udah pernah bilang ama Kalian berdua.. Belajar.. Beb... Yon...! Eh.. Bukannya belajar.. Malah nonton TV.” Sahut Helen.
“Ya...! Blagu amet sich loe Len...!” Kata Beby.
“Ye... Enak aja...! Mang siapa yang blagu sich...! Gue tu’ Cuma ngasih nasehat. Ya, kalau loe nggak mau dengerin juga nggak apa-apa.. Khan bukan gue yang rugi.” Kata Helen.
“I...i...h...! Helen.....!” Kata Beby, agak kesal.
“Aduh...uh....! Udah... Donk... Udah....! Nggak usah pada berantem.. Gue tu’ tadi udah yakin banget...! Kalau ujung-ujung’nya tu’ Kalian pasti berantem. Bener khan...!” Sahut Chaca.
“Hmmm......! Beby Helen.. Gitu Loh...! Alergi kalau nggak berantem...!” Sahut Indra.
“Ih...! Indra...........!!!” Teriak Beby dan Helen bersama’an.
“Udah..... Donk......!!! Udah.....!!! Kok’ pada berantem semua sich...! Nich juga Iin...! Kok’ pada nambah-nambahin segala sich...! Mendingan.. Kita tu’ nyiapin bahan buat praktek besok...! Ocey...!” Sahut Tasya. Mengakhiri pembicara’an.

*   *   *










Bab iv
“kedatangan hantu kHikan”

HARI KE-LIMA:
Pada saat jam istirahat sekolah telah tiba, Tasya segera ke’Perpustakaan sekolah, karena Ia harus mencari buku materi B.Inggris, karena esok mereka ada Praktek B.Inggris.
Pada saat Tasya sedang berjalan menuju Ruang Perpustakaan, Ia tiba-tiba melihat sosok wanita yang wajahnya agak pucat dan sedikit menyeramkan lewat di’sampingnya. Tasya pun segera membalik’kan diri, untuk melihat kembali sosok wanita tersebut. Tetapi, sosok wanita tersebut sudah tidak ada. padahal Ia baru saja melihatnya. Akhirnya, Tasya pun segera membalikkan diri kembali untuk melanjutkan pejalanannya, tetapi, setelah Tasya membalikkan diri kembali. Sontak Ia sangat terkejut karena sosok wanita tersebut telah ada di’hadapan dirinya. Saking terkejut’nya.. Tasya pun berteriak dan akhirnya pingsan. Siswa-Siswi SMU BINTANG yang berada di’sekitar Tasya pun juga terkejut, karena melihat Tasya yang tiba-tiba berteriak dan pingsan seketika. Padahal, Mereka sama sekali tidak melihat sosok wanita yang baru saja di’lihat oleh Tasya. Akhirnya, Tasya pun segera di’ bawa ke’Ruang UKS. Sementara Claudia dan Amanda yang melihat Tasya pingsan, segera memberitahukan kepada Chaca, Beby, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon. Bahwa Tasya pingsan dan berada di’UKS.
“Eh.. Cha, Beb, Len...!” Teriak Claudia dan Amanda, memanggil Chaca, Beby, dan Helen.
“Kenapa sich Claud, Man...???” Tanya Chaca.
“Iya.. Kok’ muka Kalian kayak orang di’kejar hantu gitu sich...!” Sambung Beby.
“Itu..... Anu.....!!!” Jawab Amanda.
“Apa’an sich... Itu.. Anu.. Itu.. Anu...?” Tanya Helen.
“Anu.... Cha, Beb, Len...! Tasya Pingsan...!” Jawab Claudia dan Amanda, bersamaan.
“Hah.......!!!” Sahut Chaca, Beby, dan Helen.
“Lho.. Kok’.... Bisa sich...???” Tanya Chaca.
“Gue juga nggak tau Cha...! Yang gue tau, tadi tu’ Tasya tiba-tiba aja teriak truz pingsan.” Jawab Claudia.
“Truzzz.....! Skarang Tasya di’mana...?” Tanya Beby.
“Skarang Tasya lagi di’UKS Beb...!” Jawab Amanda.
“Yaudah dech.. Kalau gitu, Kita ke’sana aja yuk...!” Ajak Helen.
“Ayo...! E..e... Claud.. Man... Thank’s yach...! Atas info’nya.” Kata Chaca.
“Sama-sama Cha.” Kata Claudia.
Setelah itu, Chaca, Beby, dan Helen pun segera pergi menuju ke’ruang UKS. Dan setelah sampai di’ruang UKS. Chaca, Beby, dan Helen pun, melihat Tasya terbaring di’ranjang UKS. Dan tiddak lama dari itu, Tasya pun sudah terlihat perlahan membuka mata’nya.
“Duh... Gue di’mana...?” Tanya Tasya, sambil memegang kepala’nya.
“Loe di’UKS Sya...!” Jawab Beby.
“Gimana ma keada’an loe... Udah mendingan nggsk...?” Tanya Chaca.
“Dikit...Lah...!” Jawab Tasya.
“Emangnya loe kenapa sich Sya...! Kok’ pingsan gini...???” Tanya Helen.
“Iya Sya...! Soal’nya, gue denger dari anak-anak.. Kata’nya loe tiba-tiba teriak.. truz pingsan...! Mang ada apa sich.. Sya.....!” Sambung Beby.
“Hmmm.........!!! Gue juga nggak tau guys...! Tadi tu’......! Aduh... Gue bingung dech...! Apa tadi tu’ beneren.. Atau gue Cuma halusi nasi doank...!” Jawab Tasya.
“Udah...Lah... Sya...! Nggak usah terlalu di’pikirin kayak gitu dech.. Mendingan loe mikirin aja kesehatan loe. Ntar.. Kalau loe udah sembuh.. Baru dech.. Loe ceritain ke’Kita.” Kata Chaca, mengingatkan Tasya.
Tidak lama kemudian, bel pun berbunyi.
“Yah.....! Udah masuk...!” Sahut Beby.
“Yaudah... Dech...! Kalau gitu, Kita masuk dulu yach Sya...!” Kata Helen
“E...e...! Tunggu, Gue ikut...!” Sahut Tasya.
“Lho.....! Emangnya, loe udah nggak apa-apa Sya...! Istirahat aja dulu di’sini.” Kata Chaca.
“Loe gimana sich Cha, khan abis sini ada Praktek Biologi.. Masa gue nggak ikutan sich...! Nggak dapet nilai donk gue.” Ucap Tasya.
“Ya’Ampyun.....! Tasya, loe khan bisa ijin. Lagian, Kita khan juga Praktek’nya berkelompok. Jadi Loe pasti loe juga bakal dapet nilai yang sama kayak Kita.” Ucap Beby.
“Iya Sya, Loe istirahat aja dulu di’sini. Ntar kalau loe pingsan saat pelajaran gimana donk...! Lagian Bu’Hartati juga pasti ngerti kok’.. Keadaan loe...!” Sambung Helen.
“Gue.. Udah nggak apa-apa.. Chaca, Beby, Helen. Beneren dech...! Gue udah baikan skarang...!” Kata Tasya, sambil bangkit dari tempat tidur.
“Yaudah.. Dech Sya...! Terserah loe...!” Sahut Beby.
“Iya.. Dech...! Yang penting loe’nya udah sembuh.” Sambung Chaca.
“Yaudah... Dech...! Kalau emang loe udah mendingan. Kalau gitu tunggu apa lagi, Ao cepeten masuk kelas...! Ntar telat lagi...!” Ajak  Helen.
“Yaudah Yuk...!” Sambung Tasya.
Akhirnya, Chaca, Beby, Tasya, dan Helen pun segera pergi menuju ke’kelas untuk Praktek IPA Biologi. Untung saja Bu’Hartati (Guru Biologi Mereka) belum masuk kelas, jadi Mereka bisa masuk dengan lancar dan tidak lama kemudaian, Bu’Hartati pun datang. Dan Mereka pun segera mengadakan Praktek IPA Biologi.
Tidak terasa, waktu pun terus berjalan. Akhirnya, Jam pulang sekolah telah tiba. Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon pun segera pulang ke’rumah sewaan Mereka tersebut.Setelah sampai di’rumah dan makan siang. Indra pun bertanya pada Tasya. Tentang masalah tadi ketika masih di’sekolah pada jam istirahat.
“Oh ya...! Sya, gue dengar-dengar.. Tadi loe pingsan yach...? Truz sempat masuk ruang UKS.” Tanya Indra.
“Iya.. In...!” Jawab Tasya.
“Lho...! Emangnya kenapa sich Sya...? Loe sakit yach...?” Tanya Virgo.
“Tapi Sya, kalau loe emang bener sakit. Kok’ tadi waktu Praktek Biologi, loe kelihatan baik-baik aja kok’. Mang sebenernya, ada apa sich Sya...!” Sambung Oyon.
“Enggak kok’.. Gue nggak sakit. Gue baik-baik aja.” Jawab Tasya.
“Lho...! Truzzz.....! Kalau emang loe nggak sakit, kenapa coba.. Tadi loe pingsan...?” Tanya Beby.
“Ya...! Itu yang gue bingung sampe skarang...! Gue juga nggak tau, apa yang gue liat tadi itu beneren.. Atau Cuma halusi nasi gue aja...!” Jawab Tasya.
“Maksud loe Sya...? Jujur gue nggak ngerti banget.” Tanya Chaca.
“Truzz.. Maksud loe, ngeliat... loe ngeliat apa’an...?” Sambung Helen.
“Gue tu’.. ngeliat sosok wanita lewat di’samping gue. Truzz, muka’nya tu’ pucat ma serem banget. Makanya, pas ngeliat itu, gue langsung berbalik.. Karna pengen masti’in itu bener apa enggak. Tapi, ternyata.. Sosok wanita itu udah nggak ada lagi. Yaudah.. Gue fikir, itu Cuma halusi nasi gue aja. Tapi, pas gue berbalik mau ke’Perpus.. Eh.. Tiba-tiba, sosok wanita itu udah ada di’hadapan muka gue. Ih...! Pokok’nya.. Nyeremin banget, Ya.. Gue teriak.. Dan pingsan. Dari situ, gue udah nggak inget apa-apa lagi.” Jawab Tasya, menjelaskan apa yang terjadi pada’nya.
“Ih... Waw...! Kok’ serem banget sich Sya...!” Sahut Beby.
“Ih... Waw...! Gue aja merinding Beb...!” Kata Chaca.
“Ih... Waw...! Loe berdua ngejiplak kata-kata gue...!” Sahut Indra.
“Skali-skali khan nggak apa-apa In...!” Ucap Beby.
“Truzzz... Sya...! Gimana donk...?” Tanya Virgo.
“Yaudah...! Dari situ Gue udah nggak inget apa-apa lagi.” Jawab Tasya.
“Tapi, kok’... Waktu Claudia ama Amanda britau Gue, Beby, ama Chaca. Mereka kok’ nggak bilang yach, kalau loe tu’ pingsan karena ngeliat sosok wanita yang nyeremin.. Atau bisa juga di’bilang Hantu.” Kata Helen.
“Iya.. Yach...! Malahan, Claudia ama Amanda bilang.. Mereka berdua nggak tau kenapa loe tiba-tiba aja pingsan...!” Sambung Chaca.
“Emmm.......! Kayak’nya.. bukan cuma Claudia ama Amanda aja yang nggak ngeliat sosok wanita yang gue liat. Tapi juga semua anak-anak yang ada di’sekitar gue waktu itu.” Ucap Tasya.
“Jadi, Sya.. Maksud loe, Cuma loe doank yang ngeliat sosok wanita itu...!” Kata Oyon.
“Kayak’nya sich gitu Yon...!” Kata Tasya.
“What...! Berarti.. Kata Helen bener donk...! Yang loe liat itu, Hantu.. Sya..!” Sahut Beby.
“Udah... Ah...! Nggak usah mikirin itu lagi. Ntar makin ke’sana makin ngaur lagi...!” Ucap Chaca.
“Iya.. Bener apa kata Chaca, mendingan berhenti mikirin yang kayak-kayak gitu’an...! Mendingan, Kita mikirin persiapan Praktek buat besok. Khan besok hari terakhir.” Kata Helen.
Setelah itu, Mereka pun berusaha untuk melupakan kejadian yang menimpa Tasya.  Dan terlihat sudah mempersiapkan, untuk praktek besok. Dan tak terasa, malam pun t’lah tiba. Jarum jam menunjuk’kan pukul 20:00. Bagi Kikan, inilah saat’nya, karena malam itu adalah tepat Jumat Malam.
“Aduh...! Kok gue udah ngantuk banget yach...! Mang nich jam brapa sich...!” Sahut Beby.
“Ya’ampun Beb..! Tumben banget loe udah ngantuk, padahal nich juga baru jam delapan.” Sahut Chaca.
“Iya... Nich...! Gue juga nggak tau, kenapa jam segini gue udah ngantuk banget.” Sahut Beby.
“Yaudah.. Beb...! Kalau emang loe ngantuk, tidur aja. Nggak usah di’paksa’in. Lagian khan, tugas-tugas ama PR kita udah pada selesai smua.” Sahut Tasya.
“Iya.. Dech...! Kalau gitu gue tidur dulu yach...!” Kata Beby, sambil berdiri dari tempat duduk’nya. Dan Chaca pun, tiba-tiba juga ikut berdiri dari tempat duduk’nya.
 “Napa.. Cha...! Loe ngantuk juga.. Yach...!” Sahut Helen.
“Enggak.. Kok’...! Gue tu’ Cuma kebelet...!” Kata Chaca.
“Ya..Ampun, Cha...! Gue tu’ mau ke’kamar... Mau tidur...! Bukan’nya mau ke’WC.” Ucap Beby.
“Ih...! Beby...! Ngigo loe yach...! Mang siapa yang ngajakin loe ke’WC.” Ucap Chaca.
“Udah... Dech... Beb...! Mending loe tidur gih.. Sana...! Ntar loe malah ngigo yang aneh-aneh lagi.” Kata Indra.
“Idih...! Kalian tu’ apa-apa’an sich...! Mang siapa yang ngigo.” Ucap Beby, dengan mata melek.
“Ya.. Habis’nya, Loe tadi ngomong’nya ngelantur...!” Ucap Virgo.
“Ha...! Emang siapa yang ngelantur.” Kata Beby.
“Ya.. Loe Lah...! Duh... Beb, loe kok’ ngomong’nya makin ke’sana makin nggak nyambung sich,  jadi kayak orang linglung loe...!” Kata Oyon.
“Monyon... Loe Yon...! Enak aja bilang gue linglung.” Kata Beby.
“Yaudah..... Beby......! Tidur aja sana...!!!” Kata Tasya, Indra, Helen, Virgo, dan Oyon, bersamaan.
“Udah... Dech...! Beb, mending loe tidur aja.. yach...!” Sahut Chaca, sambil menarik tangan Beby.
“Ya’Ampun...! Gue hampir lupa...! Gue khan belum ngisi buku buat di’bawa besok.” Sahut Helen.
“Mau ngisi buku, atau mau baca buku, Len...!” Ucap Tasya.
“He,he,he,...! Dua-dua’nya sich...! Yaudah.. Kalau gitu gue ke’kamar yach...!” Kata Helen, sambil berdiri dari tempat duduk’nya. Dan segera pergi menuju kamar’nya.
“Aduh.....! Nich.. Signal kok’.....! Hilang-hilang gini sich...!” Sahut Oyon.
“Emang biasa’nya kayak gitu Yon...! Coba dech...! Loe cari signal di’luar atau di’teras aja...! Biasa’nya kalau di’luar tu’.. Signal’nya lebih dapet...!” Ucap Virgo.
“Yaudah... Dech...! Kalau gitu gue ke’teras aja kali yach...! S’kalian mau cari angin.” Kata Oyon.
“He,he,he...! Iya bener....! Cari angin, plus.. masuk angin...!” Ucap Indra.
“Ada-ada aja sich.. Loe Sya...! Yaudah...! Kalau gitu gue keluar yach..!” Ucap Oyon, sambil berdiri dari tempat duduk’nya. Dan segera pergi ke’luar menuju teras rumah.
“Oh.. Ya...! Sya, Go...!” Sahut Indra.
“Hmmm.....! Loe mau kemana lagi sich In...?” Tanya Virgo.
“Lho...! kok’ loe tau sich Go. Kalau gue mau pergi.” Jawab Indra.
“YaiyaLah...! Loe’nya sering kayak gitu.” Kata Virgo.
“Lho...! In, loe mau kemana malem-malem gini...?” Tanya Tasya.
“Nggak kok’ Sya, maksud gue tu’...! Gue mau pergi ke’kamar mandi, buat cuci muka. Biasalah...! Pencegahan jerawat...!” Jawab Indra.
“O..o...! Kira’in loe mau keluar rumah. Lho, In.. Bukannya di’kamar mandi lagi ada Chaca yach...?” Tanya Tasya.
“Lho.. Sya...! Loe lupa yach...! Kamar mandi’nya khan ada dua. Jadi, gue bisa ke’kamar mandi yang satu’nya lagi...!” Jawab Indra.
“Oh.. Iya.. Yach...!” Ucap Tasya.
“Yaudah... Dech...! Gue ke’belakang dulu yach...! Ucap Indra, sambil berdiri dari tempat duduk’nya. Dan segera pergi menuju ke’belakang.
Sementara itu, saat Beby dan Chaca sampai di’depan kamar’nya. Chaca dan Beby bertemu dengan Helen yang juga ingin masuk ke’kamar’nya.
“Lho...! Helen...!” Sahut Chaca.
“Eh...! Chaca, Beby...! Gue fikir, Beby udah di’kamar.. truz.. Chaca udah di’kamar mandi.” Kata Helen.
“Iya nich...! Beby jalan’nya lelet banget sich...! Emang loe ngantuk banget yach.. Beb...?” Tanya Chaca.
“Iya.. Nich...! Gue juga nggak tau kenapa gue bisa ngantuk banget kayak gini. Yaudah...! Kalau gitu gue masuk yach...! By...By...!” Jawab Beby, sambil membuka pintu kamar’nya dan segera masuk.
“Eh...! Kalau gitu, gue juga masuk yach Cha, biasa.. Mau baca buku ama masukin buku pelajaran buat besok...!” Kata Helen.
“Yaudah...! Gue juga mau ke’toilet nich...! Kebelet banget, by...!” Ucap Chaca, dan segera pergi menuju ke’ kamar mandi. Dan Helen pun, juga masuk ke’kamar’nya.
Tidak lama dari situ. Chaca pun sudah ke’toilet dan setelah Chaca ke’luar dari toilet tersebut. Chaca melihat Indra yang baru saja ingin masuk ke’kamar mandi di’sebelah’nya.
“Lho... In...! Loe mau ngapain...?” Tanya Chaca.
“He,he,he...! Biasa, gue mau cuci muka.. buat mencegah jerawat...! Loe khan tau sendiri, kalau muka gue tu’.. Sensitif banget ama yang nama’nya jerawat.” Jawab Indra.
“Ya’Ampun... In...! Kenapa loe nggak nyuci di’wastafel aja...?” Tanya Chaca.
“Duh...! Cha.. Loe kayak nggak tau gue aja...! Gue khan......” Jawab Indra. Tapi, Chaca langsung memotong pembicaraan’nya.
“Udah....Udah..... In.....! Nggak usah di’terusin. Mending loe masuk aja ke’dalem, truz loe cuci muka. Ocey...! Lagian, bagus juga sich...! Loe nggak pake wastafel, soal’nya khan.. gue juga mau cuci muka.” Ucap Chaca.
“Yaudah.. dech...! Gue masuk aja.” Kata Indra, lalu segera masuk ke’kamar mandi.
Dan Chaca pun, segera berjalan menuju ke’wastafel yang ada di’dekat dua kamar mandi tersebut. Ketika Chaca menunduk untuk mengambil air dan mencuci muka. Ia merasa, ada sesuatu di’belakangnya. Ternyata dugaan’nya benar, ketika Ia melihat ke’cermin ada sosok wanita yang berambut panjang mengenakan pakaian putih panjang dan wajahnya sangat menyeramkan, tepat berdiri di’belakangnya. Chaca pun sangat terkejut dan Ia langsung nerbalik ke’belakang. Tetapi, tidak ada siapa pun. Dan tiba-tiba saja ada suara air keran yang menyala sendiri tanpa ada yang nyalakan, karena seingat Chaca, tadi Ia sudah mematikan air keran tersebut. Chaca pun berbalik arah lagi untuk segera mematikan air keran tersebut. Jantung Chaca, berdenyut cepat dan sesekali menarik nafas. Ketika Chaca memegang pemutar air keran tersebut, tiba-tiba saja.. Tangan Chaca di’pegang oleh tangan sosok wanita yang sangat menyeramkan itu. Chaca pun sangat terkejut, karena ternyata di’depan’nya telah ada sosok wanita yang sangat menyeramkan itu. Ia pun berteriak dan segera melepaskan tangan’nya dari genggaman sosok wanita tersebut dan langsung lari. Sedangkan Indra yang sedang asyik mencuci muka juga terkejut mendengar teriakan Chaca. Indra pun mengira, Bahwa Chaca berteriak cuman karena melihat tikus atau hewan melata lainnya. Akhirnya, Indra pun meneruskan pekerjaannya.
Sementara itu, Beby yang dari tadi sudah masuk ke’kamarnya. Merasa ada keganjilan, Ia pun cuma duduk diranjang’nya. Lalu berpikir:
“Lho....! Tadi gue ngantuk banget, tapi ko’.. pas udah sampe di’sini. Ngantuk gue jadi ngilang. Udah...’ah....! Mending gue tidur aja.” Pikir Beby.
Saat Beby sedang berbaring ditempat tidurnya, tiba-tiba saja. Ia melihat sesosok wanita dengan wajah yang sangat menyeramkan juga berbaring disampingnya. Beby pun berteriak dan segera lari menuju pintu keluar kamar. Tetapi, setelah Beby membuka pintu kamarnya. Pintu tersebut tidak dapat dibuka. Padahal, Beby tidak mengunci pintu tersebut. Beby pun sangat panik, karena sosok wanita menyeramkan atau bisa dibilang hantu tersebut berjalan mendekatinya dengan tangan terangkat seperti ingin membunuh Beby.
“A...a.....!!! Tolong.....!!! Chaca, Tasya, Helen, Indra, Virgo, Oyon...!!! Tolongin gue...!!! Tolong buka pintunya.. Siapa aja yang diluar...!!!” Teriak Beby sambil menggedor-gedorkan pintu berusaha membuka pintu tersebut.
Tidak lama kemudian, setelah Hantu tersebut mulai mendekati Beby. Beby pun telah pasrah dan tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka. Beby pun segera lari dan dengan tidak sengaja bertabrakan dengan Chaca. Karena panik, Beby pun terjatuh berteriak karena Ia berfikir Chaca adalah hantu yang barusan Ia lihat dikamar.
“A.....a.....a.....!!!” Teriak Beby sambil menutup matanya menggunakan tangannya.
“Beby.....!” Sahut Chaca.
Ketika mendengar suara Chaca, Beby pun perlahan membuka matanya dan ketika Beby melihat Chaca, Beby pun langsung memeluk Chaca.
“Loe kenapa sich Beb.....?” Tanya Chaca dengan suara agak panik karena Ia juga telah melihat hantu tersebut.
“Chaca....! Gue takut banget...! Pokoknya malam ini juga Kita harus pulang...!” Jawab Beby sambil menitikkan air mata karena saking takutnya Ia.
“Emangnya Kenapa sich Beb...? Loe nggak apa-apa khan...?” Tanya Chaca sambil melihat Beby.
“Cha.. Gue tu’ baru aja ngeliat hantu tau nggak di’kamar Kita...!” Jawab Beby.
“Hantu.....!!! Maksud Kamu, sosok wanita yang berwajah menyeramkan, berambut panjang, dan mengenakan kain putih...!” Ucap Chaca.
“Kok’ Loe tau sich...? Atau, Jangan bilang kalau Loe juga ngeliat hantu itu...!” Tanya Beby, dengan nada panik bercampur bingung.
“Ya..Ampun... Beby....!!! Gue emang bener ngeliat hantu itu.” Jawab Chaca.
Sementara itu, Indra yang baru saja keluar dari kamar mandi sangat terkejut. Karena ketika Ia baru membuka pintu kamar mandi, dihadapannya hadir hantu yang dilihat Chaca dan Beby. Lalu, dengan perlahan, Indra pun melangkahkan kakinya kesamping untuk segera lari. Tetapi, ketika Ia berlari, tiba-tiba jatuh dihadapannya sosok pocong. Ia pun berteriak dan segera lari.
Sedangkan Tasya dan Virgo yang sedang menonton TV heran, karena Chaca dan Indra tidak muncul-muncul.
“Duh...! Go, kok’  Indra sama Chaca lama banget sich...!” Ucap Tasya.
“Iya...Yah...! Perasaan, kalau gue hitung-hitung Mereka tu udah setengah jam lebih nggak nongol-nongol.” Kata Virgo.
“Yaudah...Dech...! Kalau gitu, gue liat aja mereka dibelakang.” Kata Tasya sambil berdiri dari tempat duduknya dan pergi menuju kekamar mandi.
Ketika Tasya melewati gudang belakang, Ia mendengar suara-suara aneh. Dan tiba-tiba saja Ia melihat sosok wanita berambut panjang sedang duduk disebuah kursi panjang dengan kepala menunduk sambil menangis. Tasya berfikir kalau  yang Ia lihat itu adalah Beby.
“Lho...! Beby...! Loe kenapa...! Trus, loe ngapain disini...! Gue fikir Loe udah tidur...!” Sahut Tasya sambil duduk disebelah wanita tersebut.
Pada saat itu suasana menjadi hening, dan seperti tidak ada suara apa pun. Tiba-tiba saja wanita tersebut memperlihatkan wajahnya yang menyeramkan sambil mengatakan “Tolong Saya” . Saat itu Tasya sangat terkejut, Ia pun berteriak sekencang-kencangnya sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman wanita tersebut. Tasya pun terus berteriak dan menutup matanya.
Sedangkan Beby dan Chaca yang mendengar teriakan Tasya pun segera datang menghampiri Tasya.
“Eh...! Cha, itu kok’ kayak suaranya Tasya.” Sahut Beby.
“Iya... Beb, itu emang bener suaranya Tasya...!” Sambung Chaca.
“Kalau Gitu, Mending Kita liat aja yuk...!” Ajak Beby, lalu Mereka berdua pun langsung datang menghampiri Tasya.
Tetapi, ketika Beby dan Chaca datang menghampiri Tasya. Hantu tersebut telah hilang entah kemana. Saat itu, Chaca dan Beby pun segera menenangkan Tasya.
“Sya, Loe kenapa sih...?” Tanya Chaca, sambil melihat Tasya. Dan Tasya pun perlahan membuka matanya. Ketika Ia melihat Chaca yang berada disampingnya. Tasya pun langsung memeluk Chaca.
“Chaca....!!!” Ucap Tasya, panik.
“Ada apa sih Sya...?” Tanya Beby.
“Gue juga nggak tau Beb, Apa yang barusan terjadi. Yang pasti, tadi gue abis ngeliat hantu...!” Jawab Tasya.
“Apa...! Hantu....!!!” Sahut Beby dan Chaca, bersamaan.
Saat itu, tiba-tiba Indra datang dengan wajah yang sangat panik.
“Indra, Loe kenapa lagi sih...?” Tanya Beby.
“Tau...Nggak...! Tadi, gue abis ngeliat hantu.” Jawab Indra.
“Hah....! Loe ngeliat hantu juga In...!” Kata Tasya.
“Emangnya Loe juga ngeliat Sya...?” Tanya Indra.
“Iya...!” Jawab Tasya.
“Bukan Cuma Kalian berdua aja yang ngeliat, tapi Gue ama Chaca juga ngeliat hantu itu...!” Sahut Beby.
“Serius Loe Beb...!” Ucap Indra.
“Iya.. Bener...! Gue nggak bo’ong...! Untuk apa coba Gue bo’ong. Tanya sendiri aja ama Chaca.” Kata Beby.
“Cha, yang dikatain Beby itu benar...?” Tanya Tasya.
“Iya, yang dikatain Beby itu emang benar...!”
Sementara itu, Virgo yang lagi asyik menonton TV, tiba-tiba saja mendapat chanel yang menayangkan film horor. Virgo pun segera mengganti chanel tersebut, tetapi, remot TV seperti tidak dapat digunakan.
“Wah...! Parah benget sih nih remot...! Baterainya udah soak kali...! Duh, gimana cara ganti chanelnya kalau kayak gini. Mana diputerin film horor lagi...! Ih...Serem...!” Ucap Virgo, sambil mengambil cemilan yang ada di’atas meja.
Tetapi, ketika Virgo ingin mengambil cemilan tersebut, tiba-tiba saja. Cemilan itu terjatuh di’bawah meja. Saat itu, Virgo pun mengambil cemilan itu dengan meraba-raba lantai dibawah meja tersebut. Lalu, Virgo pun mendapat sesuatu di’bawah meja itu, yang disangkanya cemilan. Ia pun dengan perlahan mencoba melihat apa yang Ia pegang. Ternyata, yang Ia pegang ialah sebuah tangan yang terputus. Lalu, tiba-tiba saja ketika Ia menengok, telah hadir hantu wanita yang perlahan mendekatinya. Virgo pun sangat terkejut dan Ia pun langsung bergegas pergi dari ruang tersebut, sambil berteriak.
Sedangkan Oyon, yang sedang sibuk mencari signal di’teras rumah. Tiba-tiba, Ia melihat bayangan lewat dihadapannya. Karena penasaran, Oyon pun melihat-lihat keadaan sekitarnya. Lalu, ketika Ia membalikkan diri. Tiba-tiba jatuh dihadapannya, sosok pocong yang telah kaku. Ketika itu, Ia belum terlalu melihat jelas bahwa itu adalah pocong. Oyon pun dengan perlahan melihat pocong tersebut, dan tiba-tiba saja, pocong tersebut bergerak dengan sendirinya. Oyon pun sangat terkejut dan segera lari masuk kedalam rumah.
Sementara itu, Helen yang sedang asyik membaca buku dikamarnya. Tiba-tiba melihat sosok bayangan wanita lewat dijendela kamarnya. Karena penasaran, Ia pun dengan perlahan berjalan dan membuka gorden jendela kamarnya tersebut. Setelah Ia membuka gorden jendela dan melihat-lihat keadaan sekitarnya, Ia tidak melihat apapun, akhirnya Helen pun melanjutkan membaca buku. Tetapi, tiba-tiba saja buku yang Ia taruh diatas meja terjatuh dengan sendirinya kelantai. Dan pada saat Ia ingin mengambil buku tersebut, Ia melihat kaki yang sedang berdiri (yang sepertinya berada didekatnya). Tetapi setelah Helen lihat lagi, ternyata tidak ada seorang pun didekatnya. Lalu, tiba-tiba saja ada darah menetes jatuh dihidungnya. Dan ketika Helen melihat kearah atas, ada sesosok wanita yang sangat menyeramkan sedang menempel diplafon kamar tersebut. Helen pun berteriak dan segera keluar dari kamar tersebut.
Setelah keluar dari kamarnya, Helen bertemu dengan Virgo yang pada saat itu juga sedang lari tergesa-gesa ketakutan.
“Virgo...!” Sahut Helen.
“Helen...!” Balas Virgo.
Dan Indra, Chaca, Beby dan Tasya pun datang.
“Lho.. Virgo, Helen...!” Sahut Chaca.
“Lho.. Beb, bukannya Loe udah tidur...!”
“Trus, Kalian berempat ko’ bisa barengan sich...!”
Tiba-tiba saja Oyon pun datang dengan wajah ketakutan.
“Oyon, loe kenapa...?” Tanya Indra.
“Apa jangan-jangan, loe habis ngeliat hantu juga yach...?” Sambung Beby.
“Bukan hantu lagi Beb, tapi pocong...!” Jawab Oyon.
“Haa... pocong......!!!” Sahut Chaca, Beby, Tasya, Helen Indra, dan Virgo bersamaan.
“Kayaknya Kita semua perlu ada rapat kecil dech.. Yaudah kalau gitu Kita keruang tengah aja yuk. Untuk menenangkan diri!” Kata Chaca.
“Nggak...akh.....! Pokoknya Gue nggak mau kalau di’ruang tengah!” Sahut Virgo.
“Emangnya kenapa sih Go ?” Tanya Tasya.
“Loe semua tau nggak, barusan tadi. Gue tuch abis ngedapetin tangan buntung sama ngeliat hantu!” Jawab Virgo.
“Yaudah, kalau gitu, Kita semua bicara dikamar Gue, Virgo ama Oyon aja. Karena khan Cuma kamar Kita bertiga aja yang nggak didatengin hantu” Kata Indra.
“Yaudah yuk...!” Sahut Helen.
Lalu mereka semua pun pergi kekamar Indra, Virgo, dan Oyon. Setelah sampai, mereka semua pun duduk sambil menenangkan diri.
“Kayaknya malam ini Kita semua bener-bener didatengin hantu dech...!” Kata Chaca membuka pembicaraan.
“Iya Cha, Loe bener. Setelah Kita semua ngedapet kejadian aneh. Ech,, malah didatengin hantu...!” Sambung Tasya.
“Trus, skarang Kita semua musti gimana dhonk.....!” Kata Helen.
“Pulang...! Gue mau Kita pulang. Siapa tau aja khan, penghuni rumah ini tu’ nggak suka ama kehadiran Kita disini. Makanya Dia ngehantuin Kita satu-satu. Itu berarti, tandanya Kita udah disuruh pulang...!” Sahut Beby.
“Ha... Pulang...!” Sahut Tasya.
“Tapi Beb, kalau menurut penglihatan Gue. Nich hantu bukan dari penghuni rumah ini...!” Sahut Indra.
“Kalau emang bukan dari penghuni rumah ini, dari mana lagi dhonk...?” Tanya Virgo.
“Gue juga nggak tau pasti dari mana asalnya hantu ini. Yang pastinya, dia bukan dari penghuni rumah ini!” Jawab Indra.
“Loe bener In, Gue juga berfikir kayak gitu. Lagian kalau emang bener ini dari penghuni rumah ini, ngapain coba, dia gangguin Kita sementara Kita tu’ nggak pernah gangguin dia” Sahut Chaca.
“Iya Cha, Menurut buku yang gue baca. Makhluk-makhluk halus kayak gini tu’ nggak bakalan ganggu Kita, kalau Kita nggak pernah ganggu mereka” Sambung Helen.
“Iya..yach.....! Kata Oyon.
“Terserah Kalian dech, mau mikir apa. Tapi, gue mau pulang. Karena gue tu’ nggak mau dihantuin lagi!” Sahut Beby.
“Trus, kalau loe pulang. Loe pikir loe nggak bakalan dihantuin lagi! Loe salah Beb, malahan mungkin hantu ini tu’ bakal ikutin loe sampe rumah...!” Sahut Indra, tegas.
“Apaan sich In, udah dech. Nggak usah pake nakut-nakutin gitu” Kata Beby.
“Lho, siapa yang nakut-nakutin. Emang yang gue katain tu’ bener ko’...!” Bantah Indra.
“Udah... Udah...! Beby, Indra...! Kalian berdua ko’ jadi pada berantem sich...!” Sahut Tasya.
“Iya nich, Kita tu’ disini mau ngebicarain gimana Kita selanjutnya sama ngenyelesaiin masalah. Bukannya malah ngenambah masalah...!” Sambung Chaca.
“Iin tu’, yang duluan!” Sahut Beby.
“Lagiand loe sich, manja banget. Baru gini aja udah minta pulang!” Kata Indra.
“Gue khan takut Iin...!” Kata Beby.
“Aduuhh..... Ko’ malah berantem lagi sich...! Udah dhonk...!” Sahut Tasya.
“Disaat-saat kayak gini Kalian ko’ malah berantem. Udah dech, mendingan Kalian baikan skarang...!” Sambung Chaca.
“Ko’ malah pada diam-diaman sich. Baikan dhonk...!” Kata Oyon.
“Yang duluan mulai dia dhonk yang minta maaf!” Sahut Beby.
“Apaan sich Beb!” Kata Indra.
“Huh... Kalian nich, mau minta maaf aja kayaknya susah banget yach! In, yaudah loe aja yang duluan minta maaf!” Kata Helen.
“Ih.. Ogah!” Ucap Indra.
“Indra, ladiesfers dhonk skali-skali...!” Sahut Tasya.
“Yaudah dech, Beb, gue minta maaf!” Ucap Indra, sambil mengulurkan tangannya.
“Hmmm... Yaudah dech, gue maafin!” Ucap Beby, sambil menjabat tangan Indra.
“Nah, gitu dhonk.. Khan kalau kayak gini jadi enakan!” Sahut Virgo.
“Yaudah, kalau gitu mendingan skarang Kita semua tidur aja. Lagiand ini juga udah mau larut malam” Ucap Chaca.
“Tapi Cha, gue masih takut nich buat balik kekamar Kita lagi...! Ntar kalau hantunya balik lagi gimana!” Sahut Beby.
“Iya Sya, gue juga masih takut nich. Soalnya khan, tadi gue tu’ ngeliat hantunya nempel gitu di’plafon. Hiii......!!!” Sahut Helen.
“Trus, Kita mau tidur dimana dhonk!” Ucap Chaca dan Tasya bersamaan.
“Hmm... Yaudah kalau gitu, Kalian berempat tidur aja dikamar ini!” Kata Virgo.
“Trus, Kalian bertiga gimana?” Tanya Helen.
“Kita khan bisa tidur di’sofa atau tidur dikarpet aja. Iya nggak In, Yon!” Jawab Virgo.
“Yuuppzz... Bener banget!” Sahut Indra dan Oyon.
“Yaudah dech, Cha, Beb, Sya. Tidur yuk, ngantuk nich...!” Sahut Helen.
Akhirnya mereka semua pun segera begegas tidur dan berharap hari esok dapat lebih baik lagi.

*     *     *

BAB V
“MISTERI NABILA TERUNGKAP”
        HARI KE-ENAM:
          Pada saat Tasya terbangun dari tidurnya, Ia sangat terkejut. Karena Ia sama skali tidak melihat siapa pun didekatnya. Dan setelah Ia melihat jam menunjukKan pukul 02.00 tengah malam. Lalu, tiba-tiba saja Ia mendengar suara teriakan seorang wanita. Karena penasaran, akhirnya Tasya pun segera keluar dari kamar tidurnya dan segera mencari tempat teriakan yang baru saja Ia dengar. Dan tiba-tiba saja, terdengar suara ketukan pintu dari gudang belakang, Tasya pun segera berjalan menuju ke gudang tersebut. Perlahan Tasya pun membuka pintu gudang tersebut, tetapi, tiba-tiba saja ada tangan yang memegang pundaknya. Tasya pun langsung membalikkan diri dan sontak Ia sangat terkejut karena dihadapannya telah hadir seorang wanita yang sangat menyeramkan (Hantu).
Tasya pun berteriak, dan tiba-tiba saja diikuti dengan teriakan Chaca, Beby, dan Helen, yang sama-sama terbangun dari tidurnya. Ternyata, semua yang baru saja Tasya alami itu hanyalah sebuah mimpi. Pada saat itu, bukan hanya Tasya yang mendapat mimpi demikian, tetapi juga Chaca, Beby, dan Helen juga mendapat mimpi yang sama.
“Oh...My...Gadz....!!! Gue mimpi apaan sich, kok mimpi gue serem banget...!” Sahut Beby.
“Beb, apa loe mimpi didatengin seorang wanita yang lebih cocok dibilang hantu itu...?” Tanya Chaca.
“Iya bener...! Lho... Cha, ko’ loe bisa tau mimpi gue sich...?” Jawab Beby lalu bertanya kembali pada Chaca.
“Ya...Ampun... Beb, gue juga mimpi kayak gitu...!” Jawab Chaca.
“Haa........!!!” Sahut Tasya, Beby, dan Helen bersamaan.
“Ech... Len, jangan bilang loe juga dapetin mimpi yang sama!” Ucap Tasya.
“Astagaa... Sya, gue tu’ juga mimpi didatengin hantu yang megang pundak gue dari belakang.....! I...i...!” Kata Helen.
“Lho... ko’ mimpi Kita bisa sama sich...!” Kata Tasya.
“Truz... Kita kebangunnya juga bareng....!” Ucap Chaca.
“Waaa..... Pertanda apa lagi sich nich. Prasaan gue jadi nggak enak nich!” Ucap Beby.
“Iya nich Beb, gue juga!” Kata Tasya.
Kemudian, Indra yang baru saja terbangun pun langsung menghampiri Chaca, Beby, Tasya dan Helen.
“Ada apa sich nich...! Pagi-pagi ko’ udah ricuh...!” Kata Indra.
“Aduch.. In... Loe tu’ nggak tau yach, kalau baru aja Gue, Chaca, Tasya ama Helen tu’ ngedapetin mimpi yang sama...!” Sahut Beby.
“Haa..... Masa sich...?” Tanya Indra.
“Iya In, yang dikatain Beby itu emang bener!” Jawab Tasya.
“Hmmm... Yaudah dech, mendingan ini Kita pikiran aja lagi nanti. Mending sekarang Kita siap-siap aja kesekolah, soalnya khan ini juga hari trakhir Kita praktek” Sahut Chaca.
“Iya.. Lebih baik Kita fokus aja dulu ke praktek sebentar. Masalah yang semalem, nanti aja ya, Kita bicarain lagi” Sambung Tasya.
“Yaudah Kalau gitu Kalian siap-siap aja. Gue mau keluar dulu, skalian ngebangunin Virgo ama Oyon” Ucap Indra.
Akhirnya, Mereka semua pun bersiap-siap untuk segera pergi kesekolah. Sesampainya Mereka disekolah, Mereka semua pun segera mempersiapkan bahan praktek yang akan dibahas.
Tidak lama kemudian, setelah Mereka menyelesaikan tugas praktek mereka. Bel pun berbunyi menandakan jam istirahat. Pada saat jam istirahat, ada pemberitahuan dari pihak guru-guru untuk seluruh siswa SMU Bintang diperbolehkan pulang karena ada rapat dewan guru.
“Hmmm.....! Kita diperbolehin pulang yach...!” Sahut Tasya membuka pembicaraan.
“Iya... Dan itu berarti Kita bakalan balik lagi kerumah sewaan itu...!” Ucap Beby.
“Lho... Khan disitu emang tempat Kita Beb” Kata Indra.
“Aduch.. In...! Gue nich masih deg-deggan tau.. Gue tu’ takut kalau kejadian semalem itu terulang lagi, soalnya Gue tu’ nggak mau kalau sampe terjadi apa-apa ma Kita” Kata Beby.
“Udahlah Beb, loe tenang aja. Gue yakin ko’ kalau Kita semua pasti akan baik-baik aja. Ocey...!” Kata Chaca menenangkan.
“Yaudah dech, kalau gitu mending Kita pulang aja yuk!” Ajak Virgo.
“Pulang kerumah sewaan itu yach!” Ucap Helen.
“Yaiyalah.. Mau kemana lagi” Sahut Oyon.
“Yaudah yuk!” Ajak Indra.
“Kalian beneren mau pulang sekarang!” Sahut Beby.
“Yaiyalah Beb, kalau bukan sekarang, truz kapan lagi!” Ucap Indra.
“Hmmm... Beby, Gue tau, loe tu’ masih trauma ama kejadian semalem. Makanya itu, mendingan Kita bicarain dirumah aja!”  Ucap Tasya.
“Yaudah dech kalau gitu. Terserah Kalian” Ucap Beby.
Mereka bertujuh pun segera pulang kerumah sewaan tersebut.Sesampainya dirumah itu, Mereka pun kembali berkumpul.
“Ocey.. Jadi, sekarang Kita harus gimana?” Tanya Chaca memulai pembicaraan.
“Emmm... Apa Kita ceritain aja ke Tante Anggi tentang kejadian semalem? Siapa tau aja, Tante Anggi tau, kenapa Kita tu’ bisa didatengin hantu yang nggak jelas!” Usul Helen.
“Boleh juga sich” Sahut Oyon.
“Gimana Cha?” Tanya Tasya.
“Kalau gue sich terserah Kalian aja” Jawab Chaca.
“ Yaudah, Kalau gitu. Gue telfon Tante Anggi skarang” Sahut Indra sambil mengambil handphonenya dan menelfon Tante Anggi.
“Duch.. Handphone’nya tu’ nggak aktif” Sahut Indra setelah menelefon Tante Anggi tetapi handphone Tante Anggi tidak aktif.
“Hmmm... Jangan-jangan Tante Anggi sengaja lagi, nggak nggaktifin handphone’nya. Biar Kita nggak bisa hubungin Dia” Sahut Beby.
“Beby, nggak boleh berprasangka buruk gitu dhonk. Mungkin aja khan, handphone’nya Tante Anggi tu’ nggak aktif karena loubet atau ada alasan lain” Sahut Tasya mengingatkan Beby.
“Iya Beb, Kita tu’ nggak boleh berprasangka buruk gitu ma Tante Anggi” Sambung Helen.
“Iya...Iya...!” Kata Beby.
“Truz, Kita skarang musti gimana dhonk?” Tanya Virgo.
“Nich gue juga lagi mikir Go” Jawab Chaca.
Tiba-tiba, ada suara ketukan pintu dari luar.
“Kayaknya ada diluar ada orang dech” Sahut Oyon.
“Iya, Go, liatin gih sana!” Perintah Helen.
“Iya...Iya...!” Ucap Virgo sambil berjalan menuju pintu dan membukanya.
Tetapi, Virgo tidak melihat siapa pun berada diluar. Lalu, Virgo pun masuk kembali dengan kebingungan.
“Siapa Go...?” Tanya Indra.
“Nggak tau. Soalnya, tadi pas gue buka pintu, nggak ada siapa-siapa diluar!” Jawab Virgo.
“Haaa..... Srius loe Go?” Tanya Helen terkejut.
“Iya bener.. Gue nggak bo’ong, untuk apa juga coba gue bo’ong!” Jawab Virgo meyakinkan.
“Duch... Tu’ khan.. Jangan-jangan hantu itu lagi!” Sahut Beby.
“Beb, bisa nggak sich.. Kalau loe tu’ nggak mikir yang aneh-aneh lagi!” Sahut Chaca.
“Iya Beb, siapa tau aja itu tu’ tetangga sebelah, karena Kita lama ngebukain pintu, jadinya dia pergi. Makanya, pas Virgo ngeliat orang itu udah nggak ada!” Sambung Tasya.
“Terserah Kalian dech, yang pastinya perasaan gue tu’ udah nggak enak” Kata Beby.
“Iya nich Beb, perasaan gue juga tiba-tiba nggak enak” Sambung Helen.
Tiba-tiba saja Chaca melihat disalah satu jendela yang ada diruang tengah itu ada tulisan “Tolong Saya”. Chaca sangat terkejut melihat tulisan itu. Tetapi, Ia berusaha untuk tidak memperhatikan tulisan itu lagi karena Ia berfikir itu hanyalah halusi nasinya saja. Tetapi ketika Chaca melihat lagi, ternyata tulisan itu masih ada dan nyata. Oyon yang heran melihat Chaca pun langsung bertanya pada Chaca.
“Cha, kenapa loe. Ko’ diem sich?” Tanya Oyon, yang tidak melihat tulisan yang dilihat Chaca.
Chaca pun segera membalikkan dirinya membelakangi jendela yang ada tulisannya itu.
“Kenapa sich Cha?” Tanya Tasya kembali.
“Loe liat!” Kata Chaca.
“Liat apaan sich!” Kata Tasya heran.
“Loe semua liat nggak!” Sahut Chaca.
“Liat apaan sich Cha” Sahut Beby.
“Iya Cha, Kita tu’ beneran nggak ngerti apa maksud Kamu” Sahut Helen.
“Loe ngeliat sesuatu yach Cha” Sahut Virgo.
“Cha, bilang aja dech.. Jangan buat Kita bertanya-tanya gini!” Sahut Indra.
“I...ih.....! Masa Kalian semua nggak liat sich. Kalau dijendela tu’ ada tulisan!” Kata Chaca.
“Haaa... Tulisan!” Ucap Beby sambil melihat jendela yang disebutkan Chaca.
“Ih... Cha, tulisan apaan sich, dijendela tu’ sama skali nggak ada tulisan apa pun” Ucap Oyon.
“Iya Cha, dijendela itu emang nggak ada tulisan apa-apa” Sambung Virgo.
“Apa......!!! Masa sich...!” Kata Chaca sambil membalikkan dirinya kembali ke arah jendela tersebut.
Chaca sangat terkejut karena tulisan yang baru saja Ia lihat ternyata sudah tidak ada lagi.
“Astagaa.....!” Sahut Chaca.
“Emangnya kenapa sich Cha?” Tanya Virgo.
“Gini yach, tadi tu’ gue baru aja ngeliat tulisan Tolong Saya dijendela itu” Jawab Chaca.
“Apa.. Masa sich Cha” Sahut Oyon.
“Iya bener. Gue nggak bo’ong” Ucap Chaca meyakinkan.
“Waahh.... Perasaan gue makin tambah nggak enak nich!” Sahut Beby.
“Iya Beb, perasaan gue juga jadi ikut-ikutan nggak enak gini” Sahut Tasya.
“Udah... Cukup...! Kita tu’ udah terlalu banyak ngedapetin kejadian aneh kayak gini...! Pokoknya gue mau pulang. Sekarang! Lagiand khan tugas-tugas praktek Kita khan udah slesai” Sahut Beby.
“Beb, apaan sich.. Dari kmarin minta pulang mulu!” Kata Helen.
“Kalian semua tau nggak sich, kalau gue tu’ takut terjadi apa-apa ma Kita semua! Gue tu’ nggak mau kalau Kita digangguin terus sementara Kita nggak tau apa-apa” Kata Beby.
“Tapi Beb, gue yakin, hantu ini tu’ nggak bakal berenti gangguin Kita kalau Kita nggak tolong Dia!” Sahut Indra tegas.
“Apa.....!!!” Ucap Tasya, Beby  dan Helen bersamaan.
“Maksud loe In...?” Tanya Chaca, Virgo, dan Oyon bersamaan.
“Gini yach, gue tu’ yakin banget kalau yang ngegangguin Kita semua ini pengen kalau Kita semua bisa tolongin Dia!” Jawab Indra.
“Truz kalau Dia emang beneren mau minta tolong. Kenapa Dia mau ngegangguin Kita?” Tanya Oyon.
“Mungkin aja khan, Dia pengen kalau Kita tu’ tau, kalau Dia butuh bantuan Kita” Jawab Chaca.
“Nah, tu’ Chaca tau” Kata Indra.
“Ocey...! Truz, gimana caranya Kita mau tolongin Dia. Sementara Kita tu’ nggak tau apa-apa!” Sahut Helen.
“Iya bener apa kata Helen. Kita tu’ nggak bisa bantuin Dia, kalau Kita tu’ nggak tau masalah yang sebenarnya!” Sambung Tasya.
“Duch, guys.. Apa ini nggak terlalu ngebahayain Kita, kalau Kita ngebantuin Dia...?” Tanya Beby ragu.
“Nggak ko’ Beb, Gue yakin Kita nggak bakalan kenapa-kenapa. Loe tenang aja” Jawab Virgo.
“Yang pastinya Gue yakin. Dia nich pasti bakalan ngasih arahan lagi ke’Kita” Sahut Indra.
“Iya In, gue juga berpikir kayak gitu” Sahut Tasya.
Waktu pun terus berjalan, dan tidak terasa, malam pun telah tiba. Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon pun terus membicarakan hal apa yang nantinya akan Mereka alami lagi.
“Hmmm..... Malam ko’ datengnya kayak cepat banget sich” Sahut Helen membuka pembicaraan.
“Gue ko’.. pengennya jadi cepat-cepat besok dech” Sambung Beby.
“Beby, Helen.. Apaan sich, ngomong ko’ nggak jelas banget” Sahut Chaca.
“Hmmm... Truz, Kita musti ngapain dhonk skarang” Sahut Virgo.
“Nich gue juga lagi mikir Go” Kata Indra.
“Oh...ya...! Sampe skarang khan, Kita belum tau apa penyebab pasti hantu itu gangguin Kita dan Kita juga belum tau maksudnya minta tolong ma Kita. Sementara, besok khan hari trakhir Kita disini” Kata Oyon.
“Iya...yach...! Trus Kita musti gimana dhonk skarang!” Kata Tasya.
“Hmm... Kalau udah kayak gini sich, Kita harus ngelakuin sesuatu nich” Ucap Indra.
“Yaiya... Ngelakuin sesuatu tapi apa? Dari tadi tu’ Kita Cuma bengong dhoank tau nggak!” Kata Helen.
“Iya Len, sementara waktu Kita tuch mepet banget” Sambung Tasya.
“Duch... Gue jadi haus nich ngeliat Kita semua nggak jelas kayak gini” Kata Beby.
“Yaudah kalau haus, gih ambil minum didapur sana!” Ucap Oyon.
“Hmmm... Emang loe berani Beb, kedapur sendirian” Ucap Indra.
“I..ih... Nggak luchuu.....! Apaan sich, nggak usah pake nakut-nakutin gitu dech!” Kata Beby.
“Ech... Siapa coba yang nakut-nakutin” Ucap Indra.
“Yee... Kalian pikir gue nggak berani apa kedapur sendirian” Kata Beby.
“Masa sich....! Tapi, gue nggak yakin tu’ Beb, Loe bisa kedapur sendirian” Kata Virgo.
“Kenapa...? Perlu bukti...?” Sahut Beby.
“Yuupppzzz...!” Kata Virgo.
“Ocey... Nice...!” Sahut Beby, memberanikan diri.
“Loe yakin Beb...?” Tanya Chaca tidak yakin.
“Yakin... Gue yakin banget...!” Jawab Beby meyakinkan.
“Yaudah Beb, Loe mau kedapur ngambil air khan...! Skalian, nitip yach...! He..He..He...” Sahut Tasya.
“Hmm... Yaudah...! Gue kedapur nich...!” Sahut Beby sambil berdiri dari tempat duduknya, tetapi belum berjalan.
“Yaudah.. Gih sana.. Katanya berani...!” Sahut Helen.
“Iya.. Nich gue juga udah mau kedapur ko’...!” Sahut Beby, memberanikan dirinya sambil berjalan menuju dapur.
Ketika Beby berjalan, Ia mencoba memberanikan dirinya agar tidak takut dengan hal apapun. Dan tiba-tiba, Ia seperti melihat sosok wanita sedang berjalan. Beby pun sengat terkejut, tetapi, ketika Ia lihat lagi. Wajah sosok wanita itu seperti Nabila sahabat mereka.
“Nabila...!” Sahut Beby.
Wanita itu pun berbalik arah menghadap ke Beby. Tetapi Wanita tersebut langsung berjalan lagi, seperti ingin menunjukkan sesuatu pada Beby. Pada saat itu, Beby pun memberanikan dirinya. Beby mengikuti jalannya wanita tersebut yang Ia fikir adalah Nabila. Setelah berjalan, tiba-tiba saja wanita itu menghilang, Beby pun sudah tidak melihat lagi wanita itu. Dan Beby pun baru sadar bahwa Ia sedang berdiri tepat didepan pintu  gudang belakang.
“Lho.. ko’ gue bisa kesini sich...! Trus, cewek yang kayak Nabila tadi mana yach..!” Kata Beby.
Sambil memberanikan dirinya, Beby pun membuka secara perlahan pintu gudang belakang tersebut. Setelah pintu itu terbuka, Beby mencoba melihat-lihat apa yang ada dalam gudang tersebut. Saat itu, ketakutan Beby seakan hilang. Ia pun dengan beraninya masuk kedalam gudang itu, ketika Ia melihat sebuah kulkas. Beby pun mengamati baik-baik kulkas yang ada dihadapannya itu sambil meraba-raba permukaan kulkas tersebut yang penuh abu.
“Ih... Nich kulkas kayaknya masih bisa digunain dech, tapi ko’ udah masuk gudang sich” Kata Beby.
Beby pun terus mengamati kulkas tersebut, entah mengapa hatinya enggan menoleh keatah lain selain mengamati kulkas tersebut. Beby pun heran, mengapa kulkas tersebut dicok, dan disamping kiri-kanan kulkas itu panas, seperti sedang mengawetkan esuatu didalamnya.
Dengan penuh rasa penasaran, akhirnya Beby pun secara perlahan membuka kulkas tersebut. Dan setelah kulkas itu terbuka, bbyyaaarrrr...... Beby sangat terkejut, karena didalam kulkas itu ternyata ada sesosok mayat wanita.
“A....a.....a.....a....a.........!!!!! Tooloonngg.............!!!” Teriak Beby sambil keluar dari gudang tersebut dan membiarkan pintu gudang dan kulkas terbuka.
Sementara Chaca, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon yang mendengar teriakan Beby pun segera pergi melihat Beby.
“Lho... itu khan suara Beby” Sahut Tasya.
“Ya..Ampun... Kenapa lagi sich Dia” Sambung Chaca.
“Jangan-jangan Beby kenapa-kenapa lagi!” Kata Helen khawatir.
“Yaudah.. Kalau gitu mendingan Kita cepetan Liat Beby yuk..!” Ajak Indra.
“Ayo..Ayo...!” Sahut Virgo, lalu diikuti Oyon.
Chaca, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon pun segera lari untuk melihat keadaan Beby.
“A...a...a.....!” Teriak lagi Beby.
Sementara Chaca, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon sangat terkejut melihat Beby yang sedang terduduk sambil menitikkan air mata.
“Ya..Ampun.....! Beby.. Loe kenapa...?” Tanya Chaca.
“Iya.. Beb, Loe kenapa...?” Sambung Tasya.
“Loe nggak apa-apa khan Beb...? Sambung Helen.
“Beb, Loe baik-baik aja khan!” Sambung Indra diikuti oleh Virgo dan Oyon.
Beby pun menunjukkan telunjuknya mengarah pada kulkas yang berisi mayat tersebut. Chaca, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon pun sangat terkejut melihat sosok mayat wanita yang berada didalam kulkas tersebut.
“Astafirrullahallazim.....!” Sahut Chaca terkejut.
“Astagaaa....!” Sahut Tasya.
“Haa... Ya..Ampun.....!” Sahut Helen.
“Astagaa......! Disitu ko’ bisa ada mayat sich!” Kata Indra.
“Beb, loe ko’ bisa nemuin mayat disitu!” Sambung Virgo.
“Iya.. Beb...!” Sambung Oyon.
“Gue juga nggak tau...! Kenapa gue tadi bisa berani ngebuka pintu itu dan ngedapetin mayat disitu!” Sahut Beby, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Yaudah Beb, loe tenang yach...!” Kata Tasya menenangkan.
“Indra, Virgo, Oyon...! Ngapain Kalian masih disitu, cek sana itu mayat siapa!” Perintah Chaca.
“Duch... Cha, mendingan Kita ngeceknya bareng-bareng aja yuk!” Kata Oyon.
“Bentar-bentar...... Kayaknya mayat ini gue kenal dech!” Sahut Indra, sambil memperhatikan mayat itu dari jauh.
“Apa In, Loe kenal ma mayat itu!” Kata Virgo.
“Gue juga nggak yakin sich...! Tapi, kayaknya mayat ini tu’ mirip sama........” Kata Indra tetapi enggan untuk meneruskan perkataannya karena masih berfikir.
“Mirip sama Nabila.....!” Sambung Chaca.
“Apa... Nabila......!” Sahut Beby terkejut.
“Masa Nabila sich...!” Sambung Tasya.
“Indra, Virgo, Oyon, tolong cek dhonk...! Kalau itu emang bener-bener Nabila gimana!” Kata Helen.
“Iya...Iya... Go, Yon, Yuk Kita Cek!” Ajak Indra.
“Yaudah..dech... Yuk...!” Sahut Virgo.
“Ayo...!” Sahut Oyon.
Indra, Virgo, dan Oyon pun segera berjalan dengan perlahan untuk melihat dengan jelas siapa mayat tersebut. Setelah sampai didepan mayat itu, Indra, Virgo dan Oyon pun memperhatikan mayat itu.
“Astagaa..... Nabila........!” Sahut Indra, setelah memperhatikan mayat tersebut dengan teliti.
“Iya..Iya.. Nich emang Nabila!” Sambung Virgo.
“Ya..Ampun.. Bener, ternyata ini Nabila!” Sambung Oyon.
“Apaa.......!!!” Sahut Chaca, Beby, Tasya, dan Helen bersamaan.
“Masa sich...!” Kata Chaca, sambil berjalan menuju ketempat Indra, Virgo dan Oyon didalam gudang.
“Kita kesana yuk!” Ajak Beby.
“Lho.. Beb, loe udah nggak apa-apa?” Tanya Helen.
“Iya.. Gue nggak apa-apa ko” Jawab Beby.
“Yaudah, kalau gitu Kita kesana aja” Kata Tasya.
“Ayo” Sahut Beby sambil berjalan menuju kedalam gudang tersebut, lalu diikuti oleh Tasya dan Helen.
“Ech, ko’ Cuma diliatin aja sich. In, Go, Yon, keluarin dhonk, mayatnya dari kulkas” Sahut Chaca.
“I..iya.. dech Cha” Sahut Indra sambil mengeluarkan mayat tersebut dari kulkas dan dibantu oleh Virgo dan Oyon.
Ketika mayat tersebut diletakkan kelantai, Chaca, Beby, Tasya, dan Helen pun memperhatikan mayat itu dengan sangat teliti. Dan ternyata, mayat itu adalah benar mayat Nabila sahabat mereka yang mereka fikir berada di Kalimantan.
“Ya..Ampun....! Ini emang bener Nabila...!” Sahut Chaca, ketika memegang wajah mayat tersebut. Matanya mulai berkaca karena Ia telah merasa kehilangan salah satu sahabatnya.
“Astagaa....! Iya Cha, ini emang bener Nabila!” Kata Tasya.
“Nggak, nggak mungkin.. Kita semua tau khan, kalau Nabila tu’ lagi ada di Kalimantan. Nggak mungkin ini mayat Nabila!” Sahut Beby, tidak percaya.
“Gue juga nggak yakin kalau ini emeng bener-bener mayat Nabila!” Sambung Helen.
“Kalian berdua perlu bukti! Ini, inikan gelang yang Kita kasih ke Nabila waktu itu, sebagai kenang-kenangan” Kata Chaca meyakinkan, sambil memperlihatkan tangan mayat itu yang memakai sebuah gelang.
“Ini nggak mungkin Nabila!” Kata Beby, sambil menitikkan air mata, karena Ia merasa telah kehilagan sahabat.
“Beb, Kita semua juga nggak percaya kalau mayat ini Nabila, tapi itu kenyataannya.” Kata Indra.
“Nabila... Ko’ kamu bisa kayak gini sich Nab!” Kata Tasya, sambil memegang tangan mayat itu dengan penuh rasa haru.
“Len, ini emang bener Nabila Len...!” Kata Beby sambil berpelukan dengan Helen dengan penuh duka.
“Iya Beb.. Kita semua disini juga merasa kehilangan. Ini nich sahabat Kita Beb, sahabat yang slama ini Kita tunggu-tunggu” Kata Helen dengan penuh rasa duka dan haru.
“Yaudah, kalau gitu, Gue, Indra, sama Oyon minta bantuan tetangga-tetangga sebelah yach!” Sahut Virgo.
“Iya Go, biar besok mayat Nabila udah bisa dimakamkan” Kata Chaca
“Iya Cha, kasian kalau mayat Nabila dibiarin kayak gini trus!” Sambung Indra.
 “Yaudah, ayo...!” Kata Oyon sambil berjalan keluar untuk meminta bantuan tetangga-tetangga sekitar, diikuti oelh Indra dan Virgo.
Malam itu, benar-benar malam yang tak terduga oleh Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon. Malam yang dimana mereka menemukan mayat sahabat mereka sendiri. Saat itu, digudang tersebut benar-benar diselimuti dengan penuh duka dan tangisan dari mereka semua, karena telah kehilangan sahabat yang mereka nantikan, ternyata telah pergi untuk selama-lamanya.
Inilah jawaban yang mereka dapatkan, seorang Nabila, sahabat yang mereka tunggu-tuggu kedatangannya, ternyata tlah tiada meninggalkan mereka semua. Kesedihan yang mereka semua rasakan pada malam itu benar-benar seperti tak dapat dihentikan, apalagi ketika melihat mayat Nabila yang terbujur kaku tak bernyawa. Rasa kehilangan dari Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon memang benar-benar tak dapat diuraikan. Tangisan demi tangisan selalu terdengar dari Chaca, Beby, Helen, dan Tasya. Kehilangan seorang sahabat bagi mereka, bagaikan kehilangan sebagian dari hidup mereka.

HARI KE-TUJUH:
Pagi itu, kesedihan yang teramat dalam (tangisan) dari Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon mengiringi pemakaman Nabila, menuju ketempat peristirahatan terakhirnya. Setelah pemakaman selesai, Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon tidak langsung pulang, melainkan masih menetap untuk melihat kuburan Nabila lebih lama.
“Nab, Gue nggak nyangka kalau ini loe. Kenapa loe perginya cepet banget sich Nab. Gue tu’ masih pengen bisa ngeliat wajah loe Nab!” Sahut Beby sambil memegang batu nisan Nabila dengan penuh kesedihan.
“Nab, Kita semua ikhlas ko’ ngelepas kepergian loe. Tapi sampe kapan pun, Kita akan tetap selalu jadi sahabat. Loe yang tenang yach disana” Kata Helen yang juga memegang batu nisan Nabila dengan penuh kesedihan.
“Nab, meskipun loe udah nggak ada. Tapi, Kita akan selalu ingat sama loe. Kita semua nggak akan pernah ngelupain masa-masa Kita sama-sama ama kamu” Sahut Tasya yang bergantian dengan Beby memegang batu nisan Nabila dengan penuh duka dan haru.
“Nab, anugrah terindah bagi Kita semua itu adalah bisa mengenal loe dan menjadikan loe sahabat Kita, Gue sama yang lainnya nggak akan pernah lupa ama semua kebaikan loe slama ini” Kata Chaca yang bergantian memegang batu nisan Nabila dengan penuh rasa duka dan haru.
“Nab, skarang udah nggak ada lagi canda ama tawa loe yang selalu menghibur Kita semua. Kehilangan loe adalah hal yang paling menyedihkan buat Kita semua” Kata Indra dengan penuh duka.
“Nab, meskipun loe udah nggak ada. Tapi loe akan selalu ada dihati Kita semua” Kata Virgo dengan penuh duka.
“Nab, Semoga loe tenang yach disana!” Kata Oyon singkat tetapi dengan haru yang begitu mendalam.
“Pokoknya, sampe kapan pun, Kita semua akan selalu jadi sahabat, slamanya!” Sahut Chaca.
“Meskipun salah satu dari Kita udah nggak ada” Sambung Beby.
“Hmmm..... Gue nggak mau kehilangan Kalian semua!” Sahut Helen.
“Pokoknya Kita semua jangan sampe terpisah yach!” Sambung Tasya.
“Gue sayang ma Kalian semua...!” Kata Chaca, Beby, Tasya, dan Helen bersamaan sambil berpelukan.
“Yaudah, kalau gitu Kita pulang yuk!” Ajak Oyon.
“Yaudah dech, yuk!” Sambung Indra, diikuti oleh Virgo dan yang lainnya.
Akhirnya, mereka semua pun pulang kerumah sewaan tersebut. Suasana duka dan haru masih menyelimuti hati mereka. Sesampainya dirumah tersebut mereka pun menenangkan diri mereka masing-masing walaupun kesedihan masih menyelimutihati hati mereka.
“Gue bener-bener nggak nyangka, kalau disini Kita bisa nemuin mayat Nabila” Sahut Tasya membuka pembicaraan.
“Hmm... Gue tau skarang, yang minta tolong ma Kita kmarin-kmarin itu adalah Nabila!” Sahut Indra.
“Iya In, Dia minta tolong ke Kita buat ngeluarin Dia dari kulkas itu dan segera menguburkan Dia!” Sambung Chaca.
“Apa itu berarti, yang ngehantuin Kita slama ini tu Nabila yach!” Kata Beby.
“Emmm... Bisa juga sich! Tapi, apa bener Nabila!” Sambung Helen.
“Tapi ko’.. Kayaknya yang ngehantuin Kita slama ini tu’.. Kayak pengen buat Kita nggak tenang gitu!” Kata Tasya.
“Berarti, kalau emang bener itu Nabila, masa Nabila tega sich buat Kita semua jadi ketakutan dan nggak tenang!” Sambung Indra.
“Iya, Truz, masa muka Nabila serem banget sich...!” Sambung Beby.
“Nggak, gue yakin kalau yang ngehantuin Kita slama ini tu’ bukan Nabila” Sahut Chaca.
“Ko’ loe bisa yakin banget gitu sich Cha?” Tanya Virgo.
“Gue juga nggak tau kenapa gue bisa yakin banget kayak gini. Nurani gue merasa pokoknya yang ngehantuin atau yang ngegangguin Kita slama ini tu’ bukan Nabila” Jawab Chaca.
“Iya Cha, gue juga yakin kalau yang ngehantuin Kita slama ini tu bukan Nabila. Soalnya kalau Dia emang Nabila, ngapain coba, Dia ngegangguin Kita satu-satu kayak pengen ngebunuh Kita!” Sambung Indra.
“Iya.. Bener banget tu’...!” Sahut Oyon.
“So, siapa dhonk, yang ngehantuin Kita slama ini?” Tanya Beby.
“Iya, apa jangan-jangan penghuni rumah ini?” Sambung Helen.
“Mungkin aja sich Len. Kalau menurut loe Cha?” Tanya Tasya.
“Hmm... Gue juga nggak tau pasti sich, siapa yang ngehantuin Kita slama ini!”  Jawab Chaca.
“Truz, ko’ Nabila bisa meninggal disini sich. Bukannya dia lagi ada di Kalimantan yach!” Kata Oyon.
“Iya yach, Ko’ bisa jadi gini sich” Sambung Helen.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“Duch, siapa lagi tu!” Sahut Oyon.
“Yaudah dech, gue liat keluar dulu dech!” Kata Virgo sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu depan untuk membukanya.
Ketika Virgo membuka pintu, Ia melihat seorang gadis berdiri didepannya.
“Kalau boleh tau kamu siapa yach?” Tanya Virgo pada gadis itu.
“Namaku Rini, aku dari tetangga sebelah. Dan aku juga adalah teman Nabila” Jawab gadis itu yang bernama Rini.
“Oh, kamu teman Nabila. Truz, ada perlu apa?” Tanya Virgo.
“Emmm... Sebenarnya, gue pengen menceritakan sesuatu pada kamu dan teman-teman kamu” Jawab Rini.
“Oh.. Gitu yach! Yaudah, kalau gitu, masuk aja!” Kata Virgo sambil mempersilahkan Rini masuk.
Rini pun masuk kedalam rumah tersebut dan Virgo pun juga masuk untuk memperlihatkan Rini pada Chaca, Beby, Helen, Tasya, Indra, dan Oyon.
“Go, siapa tu?” Tanya Beby.
“Oh, ini Rini. Dia tetangga sebelah Kita, sekaligus juga teman Nabila” Jawab Virgo.
Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, dan Oyon pun saling memperkenalkan diri mereka masing-masing pada Rini, begitu pun sebaliknya.
“Oh ya! Rin, kamu udah tau khan, kabar kalau Nabila udah nggak ada” Kata Helen.
“Iya Rin, Kita semua aja nggak tau kenapa Nabila bisa meninggal. Dan Beby ngedapetin mayat Nabila tu’ dikulkas” Kata Chaca.
“Padahal setau Kita semua kalau Nabila tu’ lagi ada di Kalimantan” Sambung Tasya.
“Oh ya! Truz, ada perlu apa nich Rin?” Tanya Oyon.
“Emm... Sebenarnya ada yang harus gue ceritain ke Kalian semua. Dan ini perlu Kalian tau” Jawab Rini.
“Emangnya loe mau nyeritain apa sich ke Kita” Kata Indra.
“Iya, kayaknya serius banget dech, emangnya tentang apa sich?” Tanya Oyon.
“Ini tentang Nabila” Jawab Rini.
“Apa.. tentang Nabila!” Sahut Beby.
“Kayaknya ini adalah jawaban dari semua pertanyaan Kalian tentang Nabila” Kata Rini.
“Berarti loe tau dhonk, penyebab Nabila meninggal?” Tanya Virgo.
“Iya. Dan perlu Kalian ketahui, bahwa rumah yang Kalian tempati skarang adalah rumah Nabila” Jawab Rini, sambil menganggukkan kepalanya.
“Apaa... Ruma Nabila!” Sahut Helen terkejut.
“Yaudah, kalau gitu loe ceritain aja semuanya ke Kita” Kata Chaca.
“Gue ceritanya dari awal aja yach!” Kata Rini.
“Terserah loe, yang penting semuanya loe ceritaiin aja ke Kita” Sahut Indra.
Rini pun menceritakan semua kejadian yang Ia ketahui. Ternyata Rini adalah salah satu teman dekat Nabila dilingkungan tersebut. Rini mengaku bahwa sebelum keberangkatan Nabila ke Kalimantan 7 hari yang lalu, Nabila sempat bercerita tentang persahabatannya dengan Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon. Kata Rini, Nabila mengaku Ia sangat berat dan tidak ingin meninggalkan mereka semua. Oleh karena itu, Nabila pun membujuk orang tuanya agar Ia tetap disekolahkan di SMU BINTANG tempat Ia menjalin persahabatannya dengan mereka bertujuh. Akhirnya, orang tua Nabila pun mengabulkan permintaan Nabila. Mendengar hal itu, Nabila sangat gembira dan tidak sabar ingin memberitahukan berita gembira itu pada Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon. Tetapi, Nabila pun harus bersabar karena Ia ingin memberi suatu kejutan untuk mereka bertujuh. Rini pun ikut senang dengan berita tersebut, ketika itu, orang tua dan keluarga Nabila pun berangkat ke Kalimantan sedangkan Nabila menetap dirumah tersebut. Dan pada saat itu, dirumah tersebut hanya ada Nabila dan Rini. Ketika Nabila dan Rini sedang berbincang-bincang, tiba-tiba saja salah satu teman Nabila di Kalimantan datang kerumah tersebut. Dan pada saat itu juga, Rini pun pulang ke rumahnya karena takut mengganggu.
Tetapi, pada saat Rini kembali lagi kerumah Nabila, teman Nabila dari Kalimantan itu pun masih ada dan Rini pun tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Rini mengaku bahwa teman Nabila tersebut sempat marah-marah pada Nabila, karena mengganggap bahwa Nabila telah melupakan Ia dan teman-temannya di Kalimantan dan telah memiliki sahabat baru hingga sudah tidak ingin lagi pulang ke Kalimantan. Dan teman Nabila tersebut pun melihat foto Nabila Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon yang sengaja Nabila taruh di ruang tamu. Teman Nabila pun semakin merasa iri pada persahabatan yang telah Nabila jalani bersama dengan Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon. Rini pun sempat mendengar bahwa teman Nabila itu berkata Ia akan membuat sahabat-sahabat Nabila (Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon) akan menyesal dan membuat hidup mereka tidak tenang karena Ia menganggap bahwa Mereka semua telah membuat Nabila lupa dengannya dan juga teman-teman Nabila di Kalimantan. Tetapi, Nabila pun berkata pada temannya tersebut bahwa Ia akan selalu melindungi Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon. Teman Nabila pun berkata jika Nabila berhasil melindungi mereka bertujuh, Ia tidak akan mengganggu mereka lagi.
Pada saat itu, Rini mengaku Ia sudah tidak tau lagi apa yang terjadi didalam rumah tersebut. Karena pada saat itu, Rini dipanggil oleh ibunya untuk membelikan ibunya sesuatu di toko depan. Pada saat Rini lewat didepan rumah Nabila, Rini melihat teman Nabila tersebut keluar dari rumah Nabila dengan sangat tergesa-gesa dengan wajah ketakutan. Rini pun segera pergi ke toko depan jalan untuk menjalankan perintah ibunya. Namun, setelah Rini sampai ke toko tersebut dan menyelesaikan apa yang telah diperintahkan ibunya. Rini melihat lagi teman Nabila dengan wajah panik menyebrang di jalan raya tersebut. Tetapi, ketika teman Nabila menyebrang, tiba-tiba saja sebuah mobil dengan kecepatan tinggi lewat dan menabrak teman Nabila tersebut. Orang-orang pun berkerumun melihat kejadian itu. Salah satu orang disekitar itu pun memeriksa denyut nadi teman Nabila tersebut, tetapi, ternyata Ia tlah meninggal ditempat sebelum ambulance datang. Rini mengaku sangat terkejut melihat kejadian itu, karena teman Nabila tersebut meninggal ditempat. Akhirnya, Rini pun segera menuju kerumah Nabila untuk memberitahukan kejadian itu pada Nabila. Tetapi, setelah Rini sampai dirumah Nabila, Rini tidak menemukan siapa pun didalam rumah tersebut termasuk Nabila. Yang Ia temukan hanyalah bercak-bercak darah. Rini sangat terkejut melihat bercak-bercak darah yang berada dilantai dan dinding. Tetapi, Rini trus memanggil-manggil Nabila. Hasilnya, Rini tidak menemukan Nabila dirumah tersebut. Akhirnya, Rini pun memutuskan untuk pulang kerumahnya dan melupakan kejadian yang Ia alami.
Setelah bercerita panjang lebar pada Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon. Chaca pun berkata:
“Jadi, loe sama skali nggak nemuin Nabila?”
“Iya, dan yang gue temukan itu hanyalah bercak-bercak darah yang ada dilantai sama dinding rumah. Yang sebelumnya tu’ seingat gue nggak ada waktu gue masih dirumah Nabila!” Kata Rini.
“Oh ya! Trus, loe tau nggak, sipa nama teman Nabila itu?” Tanya Oyon.
“Emmm... Gue juga nggak tau pasti sich. Tapi, seingat gue, waktu itu, Nabila sempat nyebut nama temannya itu. Dan nama temannya itu... Ki... Oh iya, gue inget, Nama temannya tu’ Kikan!” Jawab Rini.
“Haa... Kikan...! Oh.. Gue tau skarang, jangan-jangan, yang ngebunuh Nabila itu Kikan!” Sahut Beby.
“Beb, jangan nuduh tanpa ada bukti gitu dhonk!” Sahut Tasya.
“Aduh, Sya, buktinya itu udah ada dan jelas banget! Loe dengar sendiri khan cerita Rini tadi!” Sahut Beby.
“Emmm..... Sebenarnya, gue juga berpikiran yang sama ama kayak loe Beb” Sahut Rini.
“Tu’ khan, Rini aja berpikiran kayak gitu!” Kata Beby.
“Iya juga sich” Kata Tasya.
“Trus Rin, setelah loe pulang kerumah loe. Apa yang loe lakuin?” Tanya Virgo.
“Gue nggak ngelakuin apa-apa. Dan masalah ini yang tau hanya gue sama Kalian semua. Karena sebelum ini, gue nggak berani ntuk cerita sama siapa-siapa. Dan semenjak kejadian itu, gue udah nggak pernah lagi ketemu Nabila, dan ternyata Nabila udah nggak ada. Sampe 2 hari setelah itu, gue liat Tante Anggi masangin papan didepan rumah ini yang menuliskan kalau rumah ini dikontrakan” Jawab Rini.
“Ocey, gue tau skarang. Yang ngehantuin atau yang ngegangguin Kita slama ini tu adalah arwah Kikan!” Sahut Indra.
“Iya bener banget, dan yang ngelindungin Kita itu adalah Nabila” Sambung Virgo.
“Dan skarang, mungkin arwah Kikan juga udah nggak gangguin Kita lagi. Khan, Nabila udah bisa ngelindungin Kita semua” Sambung Oyon.
“Nabila juga udah tenang ko disana” Sahut Chaca.
“Gue ngak nyangka dech, kalau kejadiannya tu’ bakal kayak gini!” Kata Helen.
“Oh ya! Waktu pemakaman tadi, Kalian ngeliat Tante Anggi nggak?” Tanya Tasya.
“Nggak tu’!” Jawab Oyon.
“Iya, gue juga nggak ngeliat Tante Anggi” Sambung Helen.
“Kira-kira Tante Anggi kemana yach” Kata Chaca.
Tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu dari arah luar.
“Hmmm... Sipa lagi sich tu’!” Sahut Indra.
“Virgo.....” Sahut Oyon.
“Iya.. Iya.. Gue bukain pintunya” Sahut Virgo sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keruang tamu unutuk membuka pintu tersebut.
“Tante Anggi!” Sahut Virgo setelah membuka pintu tersebut dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Tante Anggi.
“Iya ini Saya!” Sahut Tante Anggi.
“Yaudah Tante, masuk yuk!” Ajak Virgo sambil mempersilahkan Tante Anggi masuk kedalam rumah tersebut.
Virgo pun mengajak Tante Anggi untuk berkumpul bersama Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon.
“Tante Anggi!” Sahut Chaca.
“Mari duduk Tante” Kata Tasya.
“Oh ya! Tante udah tau khan, berita yang terjadi semalem dirumah ini” Kata Indra.
“Iya Tante udah tau” Kata Tante Anggi.
“Trus, tadi ko’ waktu pemakaman Tante Anggi nggak ada sich. Apa Tante ada urusan lain yach, sampe nggak bisa dateng!” Kata Chaca.
“Hiiikksss......” Tangis Tante Anggi tiba-tiba.
“Lho.. Tante ko’ nangis!” Sahut Helen.
“Tante Anggi nangis karena kehilangan Nabila yach! Keponakan Tante” Kata Rini.
“Hiiikksss..... Maafkan Saya!” Kata Tante Anggi dengan penuh kesedihan.
“Tante ko’ minta maaf sich? Emangnya kenapa Tan? Tanya Indra.
“Iya Tante, emangnya Tante salah apa? Sambung Tasya.
“Mungkin kesalahan Saya ini susah untuk Kalian maafkan” Kata Tante Anggi.
“Maksudnya?” Tanya Beby.
“Tante, Kita bener-bener nggak ngerti apa maksud Tante” Sambung Chaca.
“Bisa nggak Tante jelasin ke Kita semua. Sebenarnya ada apa sich Tan? Sambung Lagi Helen.
“Emmm..... Kalian semua pasti bertanya-tanya khan, siapa sebenarnya pembunuh Nabila!” Kata Tante Anggi.
“Iya, Kita semua emang bertanya-tanya siapa pembunuh Nabila. Tapi, kemungkinan Kita juga udah tau ko’ siapa pembunuhnya” Kata Virgo.
“Jadi, Kalian sudah tau siapa pembunuhnya” Kata Tante Anggi.
“Sebenernya, Kita juga belum terlalu yakin sich, kalau yang ngebunuh Nabila itu teman Nabila sendiri yaitu Kikan” Kata Chaca.
“Yuuppss..... Karna dari bukti-bukti yang Kita dapet. Ada kemungkinan kalau yang ngebunuh Nabila itu Kikan” Sambung Indra.
“Kalian salah!” Sahut Tante Anggi.
“Salah? Salah apanya sich Tan? Tanya Beby.
“Iya, Tan, apanya yang salah?” Sambung Tasya.
“Kalian salah, sebenarnya bukan Kikan yang membunuh Nabila. Tapi..........” Jawab Tante Anggi, namun enggan meneruskan kata-katanya.
“Tapi siapa Tante?” Tanya Chaca.
“Sebenarnya......! Maafkan Tante!” Kata Tante Anggi dengan wajah sedih.
“Sebenernya apa sich Tante? Ko’ dari tadi Tante minta maaf mulu” Sahut Chaca.
“Tante, cerita aja ke Kita. Apa yang sebenarnya terjadi” Sahut Virgo.
“Sebenarnya... Yang membunuh Nabila itu adalah.......” Kata Tante Anggi, tapi ragu meneruskan kata-katanya.
“Siapa Tante...? Tanya Beby, lalu disusul oleh yang lainnya.
“Yang membunuh Nabila itu adalah....... Tante sendiri...!” Jawab Tante Anggi dengan penuh penyesalan dan sempat menitikkan air mata penyesalan.
“Apaa......!!!” Sahut Beby.
“Haa... Masa sich!” Sahut Helen.
“Astagaa... Tante srius!” Sahut Tasya.
“Ih...Waww.....!” Sahut Indra.
“Suer dech, gue bener nggak percaya!” Sahut Virgo.
“Kalau emang itu bener, kenapa Tante tega sich!” Sahut Oyon.
“Tante, apa omongan tante barusan betul. Kalau emang betul, kenapa bisa!” Sahut Chaca.
“Tapi, kenapa pada saat itu, aku nggak ngeliat Tante dirumah ini!” Sahut Rini.
“Tante benar-benar minta maaf, Tante khilaf. Tante benar-benar menyesal dengan perbutan Tante ini! Sebenarnya, pada saat Rini dipanggil oleh ibunya dan masuk kedalam rumahnya, Tante datang dan masuk kedalam rumah ini. Tante mendapatkan Nabila dan Kikan sedang bertengkar hebat. Tante ingin membela Nabila, karena Kikan benar-benar sudah keterlaluan. Bicara dengan Tante saja Dia sudah tidak sopan” Kata Tante Anggi menjelaskan apa yang terjadi.
“Trus, kenapa Tante ngebunuh Nabila?” Tanya Chaca.
“Maafkan Tante, tapi pada saat itu, Tante benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan tingkah laku Kikan. Sehingga, Tante mencoba memukul kepala Kikan pakai vas bunga. Tetapi.......” Jawab Tante Anggi.
“Tapi apa Tante?” Tanya Helen.
“Tapi Nabila malah menghadang, hingga akhirnya.. Vas bunga itu bukan terkena kepala Kikan, tetapi, kepala Nabila hingga akhirnya Nabila mengeluarkan banyak darah...! Pada saat itu, Kikan sangat terkejut, Tante mengatakan padanya agar merahasiakan hal ini. Makanya, pada saat Kikan keluar dari rumah ini, Rini melihat Kikan dengan wajah ketakutan!” Jawab Tante Anggi dengan penuh penyesalan.
“Trus, apa yang naruh mayat Nabila dikulkas itu juga Tante?” Tanya Beby.
“I...iiya....! Karena pada saat itu Tante benar-benar panik. Tante sudah tidak tau apa yang harus Tante lakukan, apalagi pada saat Rini masuk dan memanggil-manggil Nabila. Makanya saat itu Tante menaruh mayat Nabila ke kulkas!” Jawab Tante Anggi sambil menundukan kepalanya dengan penuh penyesalan.
“Ya...Ampun Tante tu’ keterlalua banget sich!” Sahut Indra mulai emosi.
“Iya.. Gue nggak nyangka Tante setega itu ngebunuh keponakan Tante sendiri!” Sambung Virgo yang juga mulai emosi.
“Tante tau, kalau yang Tante lakuin itu nggak punya prikemanusiaan!” Sambung lagi Oyon yang juga mulai emosi.
“Saya benar-benar minta maaf! Saya menyesal!” Kata Tante Anggi sangat penuh penyesalan.
“Udahlah Tante, semuanya udah terjadi, nggak ada yang perlu disesalin lagi!” Kata Indra.
“Udah dhonk In, Go, Yon! Jangan emosi gitu dhonk, Kita khan juga udah dengar sendiri pengakuannya Tante Anggi!” Sahut Tasya menenangkan.
“Tante, seharusnya Tante bukan minta maaf ke Kita, tapi pada keluarga Tante terutama orang tua Nabila, dan juga pastinya sama Nabila yang udah Tante bunuh” Kata Chaca.
“Iya, Saya skarang sudah pasrah. Dan Saya juga sudah menyerahkan diri Saya kekantor Polisi” Kata Tante Anggi.
“Baguslah kalau gitu, Tante bisa mempertanggung jawabkan perbuatan Tante” Sahut Beby.
“Iya, dan untung aja Tante bisa jujur ke Kita semua!” Sambung Helen.
“Aku bener-bener nggak nyangka Tante setega itu. Tante tau nggak, Nabila itu sering cerita ma aku kalau Dia itu sangat senang bisa punya Tante kayak Tante Anggi, dan Nabila itu juga udah nganggap Tante seperti ibunya sendiri!” Sahut Rini.
“Skali lagi Saya benar-benar minta maaf. Saya sudah pasrah apa pun keputusan keluarga Saya setelah mengetahui haal ini” Kata Tante Anggi.
Dan tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar.
“Virgo, bukain gih sana pintunya!” Sahut Indra.
“Iya..Iya...! Kayaknya hari ini Kita kedatengan banyak tamu dech...!” Sahut Virgo, sambil berjalan menuju pintu dan membukanya.
“Permisi, apakah disini ada yang bernama Anggi Atsariyah?” Tanya Polisi tersebut.
“I..iya.. Pak!” Jawab Virgo.
Lalu, Chaca, Beby, Tasya, Helen, Indra, Oyon, Rini, dan Tante Anggi pun keluar keteras rumah.
“Saya yang bernama Anggi Atsriyah” Sahut Tante Anggi.
“Kalau begitu, anda kami tahan, atas tuduhan pembunuhan!” Kata Polisi itu tegas.
Tante Anggi pun akhirnya ditangkap oleh Polisi tersebut untuk mempertanggung jawabkan perbutannya.
“Hmmm... Gue nggak nyangka dech, kalau ternyata yang ngebunuh Nabila itu Tante Anggi” Sahut Tasya.
“Iya..yah...!” Sambung Helen.
“Yaudah kalau gitu mendingan sekarang Kita semua beres-beres aja. Trus Kita pulang dech!” Sahut Chaca.
“Waww..... Akhirnya Kita pulang juga! Gue udah kangen nich, seminggu nggak nengok-nengok kamar gue!” Sahut Beby.
“Giliran pulang aja seneng!” Sahut Oyon.
“He..He..He...!” Kata Beby.
Mereka bertujuh pun beres-beres dengan memasukkan semua barang mereka ke koper mereka masing-masing. Setelah selesai, mereka pun kembali ke teras rumah tersebut.
“Pokoknya semua kejadian disini nich nggak akan pernah gue lupain!” Kata Tasya.
“Iya, gue juga.. Bener-bener pengalaman yang nggak pernah gue alamin sebelumnya” Kata Helen.
“Yuuppss... Semua yang terjadi dirumah ini tu’ bisa jadi pelajaran buat Kita semua. Terutama loe Beb!” Kata Chaca.
“Lho... Ko’ gue sich!” Sahut Beby.
“Yaiyalah loe, biar nanti loe tu’ nggak nuduh orang sembarangan!” Kata Indra.
“Btul...Btul...Btul.....! Dan Kita juga bisa dapet teman baru” Sambung Oyon.
“Oh ya! Trus, kunci rumahnya gimana dhonk. Masa mau Kita bawa juga sich!” Sahut Virgo.
“Emm... Rin, Kita bisa minta tolong nggak. Buat nitip kunci rumah ini ke loe. Biar nanti pas ada keluarga Nabila kesini, loe bisa ngasih kunci itu ke mereka” Kata Chaca, sambil memberikan kunci rumah tersebut pada Rini
“Iya.. Bisa ko’ kunci nich aman ma gue” Kata Rini sambil mengambil kunci rumah tersebut dari Chaca.
“Hmmm... Yang pastinya, gue nggak bakalan ngelupain kejadian dimana gue ngedapetin mayat Nabila. Waww.....” Kata Beby.
“Pokoknya, semua kejadian disini tu’ Kita ambil hikmahnya aja” Kata Helen.
“Dan nggak akan pernah lupa sama Nabila!” Sahut Tasya.
“Yuuppss..... Mana mungkin Kita semua bisa lupa sama Nabila!” Kata Indra.
“Biarpun skarang Dia udah nggak ada, tapi, Kita akan slalu ngenang Dia sebagai sahabat sejati Kita!” Sambung Beby.
“Pokoknya, persahabatan Kita nggak bisa terganggu oleh hal apa pun”  Sahut Oyon.
“Meskipun badai menghadang, Kita harus tetep kuat!” Sahut Virgo.
“Cielah... Gaya loe Go!” Sahut Beby.
“Hmmm... Luph U all...!” Sahut Chaca.
“Me...To.....!” Sahut Tasya, Beby, Helen, Indra, Virgo, dan Oyon bersamaan.
“Yaudah, kalau gitu Kita pulang yuk!” Ajak Indra.
“Yaudah Yuk!” Kata Helen.
“Asyik...Asyik... Pulang...!” Sahut Beby.
“Oh ya! Rin, thank’s  yach, loe udah mau kasih informasi yang berarti banget buat Kita!” Kata Chaca.
“Iya, sama-sama, gue seneng ko’ bisa kenal ma Kalian semua” Kata Rini.
“Ocey dech, kalau gitu Kita pamit yach Rin” Kata Tasya.
“Iya..Iya..!” Kata Rini.
“By...By... Rin!” Sahut Beby.
“By... Nanti kalau ada waktu jalan-jalan kesini yach!” Sahut Rini.
“Siippsss...!” Sahut Indra, Virgo, dan Oyon bersamaan.
Akhirnya, mereka bertujuh pun pulang dengan membawa pengalaman yang tak pernah mereka bayangkan akan terjadi pada mereka semua.
Inilah Mereka...

*      *        *
# SELESAI #